Nah, saya termasuk yang nomor dua.
Ketika ekonomi keluarga sedang drop, saya sadar, saya tidak bisa lagi meminta banyak hal yang saya inginkan. Semisal ingin beli smartphone. Akhirnya saya putar otak. Saya kurangi jajan dan mulai belajar menabung.
Dengan belajar menabung, saya bisa mengerti kalau ingin sesuatu itu harus ada usaha. Harus mengorbankan satu hal demi hal lain yang saya perlukan. Bahkan saya mulai belajar tentang dalam skala kecil.
Saya mulai memilah dan memilih mana kebutuhan dan mana keinginan. Kemudian saya bisa kurang-kurangi keinginan dan memprioritas kebutuhan terlebih dahulu. Semenjak itu, saya lebih banyak bersyukur.
Saya pun tidak banyak menuntut. Saya lebih berusaha menerima apa yang sudah diberi. Kalau dapat rezeki ya alhamdulilah, kalau tidak ya tidak apa-apa.Â
Perjalanan saya tentang uang merupakan perjalanan yang panjang. Saya rasa sebagian orang mengalami hal yang sama dengan saya. Masa kecil adalah kebodohan bagaimana seseorang belum mengerti dalan memanfaatkan uang sebaik-baiknya.
Kemudian seseorang akan belajar dan belajar terus seiring mereka punya tanggung jawab dan merasakan sendiri bahwa uang perlu dikelola dengan bijak. Jika salah dan terus melakukan kesalahan seperti berprilaku konsumtif, artinya orang itu belum belajar banyak tentang uang.
Sama seperti pola pikir, kedewasaan tentang uang tidak dipatok dari usia. Masih banyak di lingkungan saya yang umurnya jauh di atas saya, tapi sikapnya terhadap uang masih sama seperti anak kecil yang tidak bisa mengatur uang dengan baik.
Saya masih belajar dan terus melakukan trial and error dalam mengelola uang. Tapi setidaknya saya tahu masa lalu saya. Tahu bagaimana kebodohan saya dengan sikap borosnya dan saya tidak mau itu terjadi lagi di kemudian hari.