Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sikap Kita pada Keberpihakan Media Massa

10 September 2019   19:56 Diperbarui: 10 September 2019   21:02 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media massa. inkbotdesign.cominkbotdesign

Ada yang mengatakan, sebagian besar media massa saat ini sudah kehilangan independensinya. Sebab, banyak media secara jelas menyudutkan satu pihak dan memenangkan pihak lainnya.

Media dianggap mengambil peran dalam menaikan isu dan membentuk opini masyarakat. Sehingga sebagian orang mulai skeptis pada media. Sebagiannya lagi memilih mem-follow media tertentu yang sesuai dengan preferensinya.

Misalnya, jika kita menyukai sosok Prabowo, maka kita cenderung follow media yang menurut kita tidak menyudutkan dia. Sebaliknya, jika kita tidak suka dengan sosok Jokowi, kita tidak akan follow media yang sekiranya pro dengan dia.

Hal ini sebetulnya keliru. Memilih media tertentu dan mengabaikan media lain bukanlah sikap yang tepat. Sebab, kita akan terjebak dalam gelembung bias atau filter bubble. Filter bubble akan membuat kita sulit berpikir objektif.

Kenapa? Karena kita tidak bisa menampik bahwa media punya power dalam menggiring "opini" seseorang. Kita tentu tidak ingin sikap kita terhadap suatu kasus digiring oleh media bukan?

Seandainya kita (katakankah) bekerja sebagai pemangku kepentingan, keputusan-keputusan kita terhadap kebijakan akan keliru. Karena sumber informasi yang kita dapatkan hanya berasal dari media yang preferensinya sama dengan kita.

Kalaupun kita bukanlah seorang pemangku kepentingan, hanya orang biasa yang bekerja di sektor swasta misalnya, kita pun akan kena getahnya juga. 

Kita akan mudah di "peralat" oleh media dengan segala keberpihakannya pada tokoh tertentu. Kita akan mudah di setir alias dimobilisasi dengan narasi-narasi yang sesuai dengan "ideologi" media. Akhirnya kita akan kesulitan melihat fakta yang sebenarnya.

Yang lebih baik dilakukan sebetulnya, mestinya kita follow semua media tanpa peduli media itu pro mana. Tujuannya agar kita bisa melihat semua informasi dari segala persepektif.

Kita tahu media saat ini punya "keberpihakannya" masing-masing. Mereka punya value yang berusaha disampaikan kepada konsumennya, yang bisa jadi menguntungkan pihak tertentu seperti investor atau bos media yang bersangkutan.

Atau, alasan yang lebih logis kenapa sebagian media dianggap kehilangan independensinya diantaranya komersialisasi yang semakin menguat. Jadi, berita apapun yang dibuat selama bisa menaikan jumlah pembaca ataupun menonton, media akan terus-terus mengangkat topik itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun