Kalian pasti pernah membayangkan makna dari kalimat penuh arti berikut ini: "1 Tiket 1000 Cerita."
Lalu, bertanya-tanya, apa maksud dari ungkapan itu semua? Tiket apa, dan apa hubungannya dengan cerita?
Semua akan terjawab di sini.
Mulanya, pada bulan suci Ramadan kala itu, tepatnya pada tanggal 15 Februari 2025, aku kembali merantau ke kota orang, jauh dari orang tua, untuk menuntut ilmu di salah satu universitas swasta di Indonesia. Penuh dengan perjuangan untuk terus mengejar ilmu sebagai bekal saat bekerja nanti dan meniti karier. Pastinya aku berpikir bakal homesick atau rindu rumah karena liburan yang terasa begitu cepat berakhir.
Namun, saat bulan suci Ramadan tiba, aku melihat media sosial KAI bahwa akan ada tiket war Lebaran 2025 dengan jumlah tiket yang terbatas. Lantas, aku bersiap-siap membuka aplikasi Access by KAI untuk segera membeli tiket kereta agar kebagian. Aku pun bahagia karena mendapatkan tiket kereta Lodaya. Asli, saat itu rasanya seperti mimpi bisa mendapatkan tiket kereta yang diperebutkan semua orang yang ingin mudik.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mudik Lebaran pada tanggal 22 Maret 2025, kurang lebih satu minggu sebelum Lebaran. Saat itu kuliah dilaksanakan secara daring, jadi aku bisa pulang ke kampung halaman.
Senyum ceria aku dapatkan karena tahun ini akhirnya bisa merasakan mudik kembali. Aku sangat bersyukur karena di luar sana pasti banyak orang yang tidak bisa mudik karena berbagai alasan. Maka dari itu, aku tidak ingin menyia-nyiakan momen mudik ini.
Pada tanggal 22 Maret 2025, aku pun mengemas barang-barangku dan tak lupa membawa oleh-oleh untuk keluargaku. Aku berangkat ke stasiun naik ojek online (ojol) pada sore hari, dan tiba di Stasiun Kiaracondong Bandung tepat pukul 17.00 WIB.
Setibanya di sana dan menunggu waktu berbuka puasa, aku melihat ada seorang bocah sedang ikut dance Velocity yang sedang tren saat itu. Aku menoleh dan tersenyum, bahkan tertawa kecil. Mungkin seru ya merekam momen Velocity saat mudik Lebaran itu. Lantas, aku pun ikut menari Velocity sendiri, meski tanpa teman---karena ternyata seru juga, hehe.
Ketika azan Magrib berkumandang, aku segera berbuka dengan air putih dan nasi kotak yang sudah aku beli sebelumnya. Dalam hati aku berkata, "Alhamdulillah, nikmat-Mu ya Allah. Atas izin-Mu, aku bisa mendapatkan tiket kereta, melihat hiburan dance Velocity secara langsung, dan berbuka dengan makanan yang nikmat. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Setelah berbuka, aku langsung salat Magrib di musala stasiun sambil menunggu kedatangan kereta. Seusai salat, aku segera menuju boarding dan menunggu di peron. Tak lama, kereta pun tiba.