Mohon tunggu...
M Daffa Rafiecena
M Daffa Rafiecena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memberi inspirasi bukan sensasi

Lahir di Jakarta, traveler, culinary and movies lover, Mahasiswa Hukum, Sedang menata masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keraton Bodong Side?

22 Januari 2020   20:11 Diperbarui: 24 Januari 2020   19:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wowkeren.com

Totok Santoso sekaligus mengaku sebagai sultan Keraton Agung Sejagat yang membuat geger masyarakat Jawa Tengah termasuk pemda setempat, mengklaim bahwa beliau meneruskan dinasti kerajaan Majapahit sudah runtuh.

Jika dilihat lebih detail, istana yang digunakan ternyata rumah kontrakan, dan lahan untuk kandang ayam dijadikan situs sejarah, setelah dipikir mana ada raja setingkat presiden memilki istana juga seperti itu.

Kemudian kita sepatutnya curiga kenapa pengikutnya banyak, bagaimana mereka bisa melakukan pawai kerajaan ala-ala Inggris setiap minggu, kemudian kita tidak boleh mengetahui proses upacara dan cara kerja suatu keraton tersebut?

Sederhana saja, kita pun melihat bagaimana pengikutnya mudah terjerumus beginian, dan bayangkan seragam yang wajib didapatkan senilai 2 jutaan, kemudian iuran yang wajib disetor, ternyata oh ternyata sudah diketahui sumber penghasil mereka dengan niat sebenarnya memeras calon korban yang sudah bosan dengan akibat tirani politik yang dirasakan saat ini.

Kita juga bisa melihat keanehan dari lambang keraton tersebut, seperti memasukan lambang zionis yahudi, atlantis, nazi, dan hitam putih yin yang, karena mereka belum benar memahami arti lambang tersebut atau hanya sekedar keren-kerenan saja.

Paling mencengangkan lagi bahwa sang sultan bukan warga Purworejo melainkan warga Jakarta dengan hutang dimilikinya 3 miliyar lebih juga sempat mendirikan hal serupa pada sebelumnya, dan permaisurinya sendiri bukan istri sahnya.

Lain cerita dengan kekaisaran Sunda atau disebut Sunda Empire yang mengklaim bahwa setelah perang dunia kedua, Amerika harus mengembalikan kekuasaan dunia pada tanah Sunda, apalagi petinggi kekaisaran tersebut sensitif seolah-olah ngajak perang setelah disebutkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil bahwa pengikut kekaisaran tersebut banyak dihuni orang stress.

Saya bayangkan fenomena kerajaan fiktif terpecah dalam beberapa universe, lama-kelamaan dibuat juga akademi sendiri dibilang franchisenya Hogwarts dalam kumpulan film Harry Potter.

Serupa tapi tak sama
Pada intinya fenomena kerajaan fiktif terjadi dengan dua alasan yaitu : berasal dari halusinasi sendiri, keinginan membentuk ajaran baru, skema ponzi ditetapkan, atau bisa jadi semuanya.

Kita diingatkan pada kerajaan dengan ajaran yang membuat kita geleng-geleng kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun