Mohon tunggu...
M Daffa Rafiecena
M Daffa Rafiecena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memberi inspirasi bukan sensasi

Lahir di Jakarta, traveler, culinary and movies lover, Mahasiswa Hukum, Sedang menata masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KPK lagi kena "Nerf" sama Banteng Merah?

16 Januari 2020   19:06 Diperbarui: 22 Januari 2020   21:08 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.republika.co.id

Hukum semakin tumpul ke atas.

Hal tersebut dialami oleh KPK sekarang sebagai lembaga dibawah pemerintah setelah diterbitkan UU KPK, rakyat menuntut Perpu justru wakil kita membuat RUU KUHP yang dinilai tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dengan alih-alih membuat untuk melupakan tuntutan tersebut secara bersamaan hingga terjadinya puncak demo dilakukan ribuan mahasiswa dan anak STM.

Kepastian pembentukan Perpu KPK untuk penyelamatan, malahan dibuat untuk prank pamit dengan alasan mereka putus karena KPK dianggap semena-mena dalam melakukan penyelidikan, dan dapat mengganggu investasi, padahal korupsi menjadi kejahatan kelas kakap tapi malah dipelihara, salah satunya kasus Edi Tansil membawa keuangan negara hingga sekarang hilang bagai ditelan bumi , dan Papa Saham dengan segala sandiwaranya berakhir pada sel mewah Sukamiskin.

KPK kini terlihat menunjukan pelemahan seperti dikhawatirkan rakyat, yang terbaru saat ini penyelidikan KPK pada korupsi pemilihan legislatif setelah tertangkapnya Komisioner KPU Wahyu Setyawan dan diduga kuat keterlibatan Matador Merah sebagai partai penguasa setelah Harun Masiku terdaftar sebagai DPO, usaha penyelamatan sang sekjen dari pemeriksaan, dan ijin penyelidikan dengan dewan pengawas sengaja diperlamabat.

Hal tersebut pasti membuat kita trauma untuk mengikuti pemilu lima tahun mendatang, mengharapkan kursi senayan 100 persen kosong karena sudah kehilangan kepercayaan dan berangan-angan adanya sosok robinhood dianggap buronan oleh penguasa tapi justru disayang oleh rakyat jelata bak superhero.


Upaya penghilangan barang bukti

Penggeledahan kantor Matador Merah seharusnya segera terlaksana rupanya sengaja dibuat terkesan ada hambatan salah satu menunggu ijin dari dewan pengawas padahal sedang dibuat-buat, dan upaya penghilangan barang bukti dan tersangka, seolah-olah membuat skenario agar merubah status menjadi tak bersalah.

KPK juga berupaya mengincar sang sekjen sebagai saksi, dan lagi-lagi drama harus dihadapi KPK dikabarkan pula adanya upaya pengahdangan dilakukan preman atas nama kepolisian membuat kita sebagai korban ke(tidak)adilan hukum sendiri berpikir jernih ternyata adanya upaya penghilangan barang bukti dengan mengulur-ulur waktu yang ada dan penyelamatan buronan Harun Masiku, bisa jadi disebutkan upaya pembentukan Edi Tansil jilid dua.

Kita pasti teringat terhadap sinetron dibuat papa minta saham dengan KPK waktu belum dinerf terjadinya kecelakaan palsu dengan biang keroknya adalah tiang listrik saat penggeledahan berlanjut, lalu kita bisa melihat sekarang kabar papa minta saham sudah nyaman tinggal di kontrakan mewah di Sukamiskin setelah melakukan kamuflase di sel biasa, dan kamus Al-Quran saat sidak dilakukan oleh bunda Najwa beberapa tahun sebelumnya.

Sudah direncanakan sejak awal

Kehadiran KPK sepertinya tidak disenangi oleh para elite dianggap mengkudeta kebebasan dalam berpolitik padahal alasan tersebut terkesan mengada-ada.

Elite tikus berdasi rupanya sudah merencanakan membuat KPK bermasalah, salah satunya membuat kita tidak pernah lupa adalah upaya kriminalisasi terhadap pimpinan terdahulu Antasari Azhar menjadi korban pertama dengan tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap Nasruddin Zulkarnain pada 2008, kabar Antasari sekarang sudah bebas, sehat walafiat, dan lebih menghabiskan banyak waktu dengan keluarga.

Selanjutnya Abraham Samad dan Bambang Widjayanto dikenal tegas, berani, dan independen menjadi korban pada tahun 2015 tuduhan laporan palsu terhadap calon kapolri dengan dugaan memiliki rekening gendut.

Kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan tak luput dari perhatian, kasus penyelidikan untuk mengungkap pelaku justru dibuat lambat karena sudah berlangsung dua tahun lebih, tersangka diduga pelaku walau tertangkap bukan berarti membuat Novel yakin.

Hingga pada puncaknya pembuatan UU KPK baru agar lembaga tidak independen lagi dan kehilangan kepercayaannya.

Dugaan kita sudah terlihat misal pimpinan KPK yang dipilih diketahui bermasalah dan penyelidikan kasus korupsi sekarang seakan berlarut-larut, dan anehnya di Senayan pasal-pasal dibuat seakan lama sampai ada juga pasal karet, namun soal pasal dan kebijakan untuk KPK auto diterbitkan.

Lembaga yang seharusnya dibubarkan

KPK sedang dalam skenario dalam pelemahan dengan kata lain membuat lembaga tersebut tidak dipercaya lagi padahal masih banyak lembaga independen sebaiknya dibubarkan karena tak memenuhi kehendak kita.

Salah satunya Komisi Penyiaran Indonesia berkali-kali kecolongan dalam pengawasan penyiaran sehingga banyak stasiun televisi berfokus pada acara memberi banyak rating tanpa memperhatikan kualitas tayangan untuk keluarga.

Kinerja KPI terkesan asal-asalan seperti hanya memberi teguran tanpa ada tindak lebih lanjut terhadpa program TV terutama sinetron, cenderung mengurangi kreatifitas, sekarang banyak stasiun nekat memberi sensor membuat kita berpikir jauh dari akal sehat, dan membatasi akses program asing dengan alasan peningkatan kualitas program lokal, padahal banyak program tersebut yang cenderung memperhatikan kualitas daripada dalam negeri.

Hal tersebut membuat kita malas menonton TV dan lebih memilih menonton film barat, anime, dan drakor melalui streaming bajakan.

Dengan kata lain lembaga yang bekerja ngawur kau sayang, sedangkan lembaga yang bekerja dengan tulus justru kau bilang sebagai biang kerok dan pantas untuk dibunuh. 

Keberanian dalam melawan

“Tak mudah bagi kita melawan penjajah, tetapi lebih sulit dalam melawan bangsa sendiri.”

Dogma yang dilontatarkan oleh Bung Karno ternyata menjadi kenyataan, elite politik sudah menjadi musuh utama kita yang diwakilkan.

Kita sudah muak dengan bualan tikus penguasa atas dosa dihadapan tuhan yang seharusnya ditanggung malah ditutupi rapat-rapat sampai mengkambing hitamkan pada kumpulan segelintir makhluk tak berdosa.

Mereka mengharapkan adanya keberanian untuk melawan kolonial bangsa sendiri atas dosa dibayar dengan dosa.

Pencuri ayam kalian bunuh, pencuri hak manusia kalian malah pelihara baik-baik bagaikan psikopat.

Seandainya kita bisa menghidupkan kembali Si Pitung, Jaka Sembung, bahakn Satrio Pingit pun untuk meruntuhkan tirani yang kita nikmati saat ini, lalu menciptakan kebahagian yang hakiki bak dalam negeri dongeng.

May the force be with you bagi kalian sudah membuat keputusan tepat namun dianggap salah dalam mata mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun