Mohon tunggu...
M Daffa Rafiecena
M Daffa Rafiecena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memberi inspirasi bukan sensasi

Lahir di Jakarta, traveler, culinary and movies lover, Mahasiswa Hukum, Sedang menata masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KPK lagi kena "Nerf" sama Banteng Merah?

16 Januari 2020   19:06 Diperbarui: 22 Januari 2020   21:08 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.republika.co.id

Sudah direncanakan sejak awal

Kehadiran KPK sepertinya tidak disenangi oleh para elite dianggap mengkudeta kebebasan dalam berpolitik padahal alasan tersebut terkesan mengada-ada.

Elite tikus berdasi rupanya sudah merencanakan membuat KPK bermasalah, salah satunya membuat kita tidak pernah lupa adalah upaya kriminalisasi terhadap pimpinan terdahulu Antasari Azhar menjadi korban pertama dengan tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap Nasruddin Zulkarnain pada 2008, kabar Antasari sekarang sudah bebas, sehat walafiat, dan lebih menghabiskan banyak waktu dengan keluarga.

Selanjutnya Abraham Samad dan Bambang Widjayanto dikenal tegas, berani, dan independen menjadi korban pada tahun 2015 tuduhan laporan palsu terhadap calon kapolri dengan dugaan memiliki rekening gendut.

Kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan tak luput dari perhatian, kasus penyelidikan untuk mengungkap pelaku justru dibuat lambat karena sudah berlangsung dua tahun lebih, tersangka diduga pelaku walau tertangkap bukan berarti membuat Novel yakin.

Hingga pada puncaknya pembuatan UU KPK baru agar lembaga tidak independen lagi dan kehilangan kepercayaannya.

Dugaan kita sudah terlihat misal pimpinan KPK yang dipilih diketahui bermasalah dan penyelidikan kasus korupsi sekarang seakan berlarut-larut, dan anehnya di Senayan pasal-pasal dibuat seakan lama sampai ada juga pasal karet, namun soal pasal dan kebijakan untuk KPK auto diterbitkan.

Lembaga yang seharusnya dibubarkan

KPK sedang dalam skenario dalam pelemahan dengan kata lain membuat lembaga tersebut tidak dipercaya lagi padahal masih banyak lembaga independen sebaiknya dibubarkan karena tak memenuhi kehendak kita.

Salah satunya Komisi Penyiaran Indonesia berkali-kali kecolongan dalam pengawasan penyiaran sehingga banyak stasiun televisi berfokus pada acara memberi banyak rating tanpa memperhatikan kualitas tayangan untuk keluarga.

Kinerja KPI terkesan asal-asalan seperti hanya memberi teguran tanpa ada tindak lebih lanjut terhadpa program TV terutama sinetron, cenderung mengurangi kreatifitas, sekarang banyak stasiun nekat memberi sensor membuat kita berpikir jauh dari akal sehat, dan membatasi akses program asing dengan alasan peningkatan kualitas program lokal, padahal banyak program tersebut yang cenderung memperhatikan kualitas daripada dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun