Budaya malu adalah nilai yang mestinya melekat dalam diri kita. Hal ini dikarenakan budaya malu adalah karunia yang tuhan anuherahkan pada manusia. Selain itu, budaya malu merupaka  salahsatu nilai yang tertera dalam norma yang berlaku di negeri ini.
Tapi siapa sangka bahwa kita sudah mulai mengabaikan hal ini. Budaya dan norma boleh tertera dalam buku dongeng dan istilah yang dinggap kuno alias lawas. Maka jangan kaget, jika pudarnya nilai ini ternyata berdampak cukup signifikan kepada penghuni - penghuni tanah mulia ini.
Sadar ataupun tidak, hilangnya nilai - nilai norma dalam diri manusia ketika interaksi sosial berlangsung justru telah melahirkan barisan Individu Penjilat. Barisan ini, bukan barisan yang bisa dianggap remeh.Â
Barisan penjilat mampu menghabiskan apa yang mereka target dalam waktu yang variatif. Bisa dihabis dalam kurun waktu sesingkat - singkatnya, ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama (Tergantung Tempo Menjilat yang dia Tentukan).
Barisan ini justru lebih unggul dari dengan ahli jilat yang suka menjilat tulang belulang. Anjing adalah salah satu makhluk Tuhan yang tidak melihat seberapa gendut rekening bank seseorang dan seberapa mewah kedudukan sosialmu.
Apa mungkin anjing lebih mengerti arti ketakwaan. Ataukah karena anjing masih memiliki rasa takut kepada tuhannya?
Sadar atau tidak sadar, seekor Anjingpun sangat jujur sekali hidupnya, yang dirasa mengganggu, gonggong, yang menyenangkan, songsong. Tidak pernah dia tersenyum di depan lalu bergunjing di belakang. Tidak pula dia menakar tetek bengek kepalsuan sebelum memutuskan bersikap ramah atau tidak.
Harusnya kita mesti sesering mengedepankan rasa malu, karna malu adalah Obat Pencegah Virus Penjilat.
Karena Malu adalah formula terbaik meretas kekuatan yang adil. Jangan Mau Kalah sama Anjing.