Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Impresi dari Mawang, Toba dan Matano

21 Maret 2017   13:39 Diperbarui: 22 Maret 2017   01:00 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Matano (foto: Kamaruddin Azis)

“A lake carries you into recesses of feeling otherwise impenetrable.” William Wordsworth. Penyair Inggris abad ke-19 William Wordsworth menempatkan kata danau dalam puisinya. Sedanau dapat membawamu ke relung rasa walau sulit dijelajah. Kurang lebih begitu arti bebasnya.

Ketiga nama di judul tulisan di atas adalah nama danau. Mawang mungkin tak setenar Toba atau Matano tetapi aku memulai tulisan ini karena kesan pertama dari Mawang. Aku menuliskan ini ketika mulai percaya bahwa ketiga danau ini bisa merefleksikan kondisi, tabiat dan cara kita mengelola harapan. Kalimat yang melankoli, tetapi rasanya memang, danau adalah misteri, adalah pusaran tanpa arah meski di permukaan terlihat rona rata.

Danau Mawang di Sulawesi Selatan (foto: Kamaruddin Azis)
Danau Mawang di Sulawesi Selatan (foto: Kamaruddin Azis)
Sudah lama aku ingin ke Danau Mawang di timur, danau sekira 6 kilometer dari humaku di sempadan Sungai Je’neberang, Gowa, Sulawesi Selatan. Tak jauh memang. Lantaran itu, danau itu jadi salah satu destinasi jogging di Maret yang basah ini.   Semburat cahaya memanduku demi hasrat bersitatap burung-burung, ilalang dan riak di tepian.   Sepertii tu ekspektasiku tentang danau tentang gerak-gerak ritmis di atasnya. Sepagi itu, kusaksikan matahari merangkak di atas pucuk-pucuk trembesi, beberapa pohon terlihat menua, limbung dan bersimpuh di paras danau.  

Pagi tanggal 3 Maret itu, seorang menggiring sapi,yang lain memberi pakan bebek dan ayam, sebagian lainnya bercengkerama di bale-bale. Teronggok beberapa rakit bambu,rakit yang digunakan menjaga dan merawat keramba-keramba ikan. Rakit yang juga acap digunakan oleh warga pengikut An-Nadzir yang terkenal dengan tradisinya yang unik. Pagi yang hidup di tepian danau di Gowa iniseperti tertahan ketika aku berbelok ke kanan, ke selatan, rumah-rumah batu,jalan menanjak, air buangan dari selokan tertarik ke rongga danau yang membentangsekira 1,5 kilometer. Terkira lingkar tengah antara 200 meter hingga 500meter.  

Rakit di Danau Mawang (foto: Kamaruddin Azis)
Rakit di Danau Mawang (foto: Kamaruddin Azis)
Mungkin Tuan Wordsworth benar, danau selalu menawarkan teduh dan ruang pencarian tetapi kita takkan bisa menembus segala yang mungkin.Oleh sebab itu, aku hanya mereka-reka paras Mawang di kelak sepuluh, dua puluh tahun nanti, ketika rumah-rumah semakin sesak, ketika limbah-limbah rumah tangga berjejalan ke kolom airnya. Ketika orang-orang bertarung memperebutkan ruang. Mawang, entah kau akan tetap tenang, bening atau pekat merana di titian waktu. Entah, tapi beta sungguh khawatir.

Oh iya, aku ingin mengabarkan danau yang lain. Kumulai dari Toba di Sumatera Utara.

Pesona Toba

Kunjungan ke Danau Toba terjadi di dalam bulan Agustus 2016 dan Maret 2017. Pada kunjungan pertama aku menginap di salah satu hotel di Laguboti, Balige. Kala itu sempat menjajal perahu yang mengantar ke Pelabuhan Tomok, Pulau Samosir.  Di atas perahu aku bercengkerama dengan anak-anak kecil nan manja. Anak-anak Panjaitan salahsatunya. Di perahu itu, aku menikmati suasana khas Danau Toba, kaki gunung,di sekitarnya, riak-riak air di sekitar keramba ikan, hingga perahu-perahu dari Balige, Parapat hingga Tapanuli yang lalu lalang. Beberapa kawan bersandar di tepian perahu dan mengunyah durian Medan dan membuang bijinya.

Kunjungan kedua pada tanggal tanggal 7 Maret 2017. Kali ini ke Toba dengan mengambil tempat di Kota Parapat. Hotel Inna Parapat menjadi destinasi keduaku. Di hotel ini, aku merasakan nuansa kehadiran Presiden Jokowi yang pernah menginap di hotel ini tahun lalu. Model bangunan hotel yang unik,indah dan berarsitektur Barat merupakan daya pikat tersendiri.  Hotel ini terlalu indah untuk aku yang terbiasa hidup di rumah kosan, tetapi sesekali memang kita harus mencecap nikmat Tuhan sebagai ‘kelas atas’.

Aku beruntung mengamati dari dekat bangunan bergaya Mediterania yang menghadap ke keluasan danau. Suasana berbeda dan menyenangkan juga terasa saat malam hari. Lampu-lampu rumah, bangunan hotel dan kendaraan yang melintas di bahu gunung, di tepian danau seperti lampu-lampu jalan yang menari. Di danau seluas tidak kurang seribu kilometer persegi dan sedalam hingga 529 meter ini aku membayangkan prospek luar biasa jika bisa dikelola dengan baik. jika bisa menggugah para pihak untuk komit dalam menjaga kelestarian danau, tak membuang sampah dan limbah rumah tangga ke danau, serta mengindahkan saran Pemerintah untuk tak serampangan mengeksploitasi danau Toba.

Suasana Inna Parata (foto: Kamaruddin Azis)
Suasana Inna Parata (foto: Kamaruddin Azis)
Jika ada yang mengusik mimpi itu, maka itu adalah masih sulitnya mengatur pemanfaatan danau dengan usaha budidaya ikan air tawar. Ada indikasi semakin tidak terkendalinya usaha budidaya air tawar yang dianggap dapat merusak keseimbangan ekologi danau, kini dan nanti. Hal-hal yang merupakan potensi, tantangan dan bagaimana menjadikan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata sebagaimana yang diimpikan Presiden Jokowi sedang disiapkan di sana. Ada semangat yang hebat untuk menambah sarana prasarana transportasi, penguatan karakter masyarakat di tujuh kabupaten yang bersinggungan dengan sumber daya Toba ini. Dari Simalungun hingga Tobasa. Tak banyak lagi cerita dari sini kecuali gambar-gambar yang telah kuisi pesan. Cobalah tengok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun