Mohon tunggu...
Muhammad Kasman
Muhammad Kasman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir pada 11 Desember 1979 di sebuah dusun kecil bernama Pajjia Desa Pakkasalo, Kecamatan SibuluE, Kabupaten Bone. Sempat sekolah di SDN No. 226 Pakkasalo, SMPN Pattirobajo dan SMAN 2 Watampone.\r\n\r\nSelama kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, bergiat di Himpunan Mahasiswa Islam. Menjadi gelandangan dan kerja serabutan selama dua tahun sebelum menjadi jurnalis di sebuah media online nasional di akhir 2007.\r\n\r\nAwal 2008, memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan bergiat di Pemuda Muslimin Indonesia Cabang Takalar. Mengisi waktu luang dengan seorang istri dan dua orang anak, sambil sesekali menulis puisi.\r\n\r\nMenyukai hujan dinihari dan embun pagi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lelaki: Tak Punya Malu, Miskin Iman Pula...

22 Februari 2012   02:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Dalam sebuah diskusi tentang fenomena maraknya pelecehan seksual yang dialami oleh perempuan, aku merasa tersengat oleh argumentasi yang di bangun oleh seorang pembicara perempuan yang tak perlu kusebutkan namanya.


Menurutku, dia begitu serampangan melemparkan segala persoalan kepada kaum lelaki. Bahwa perempuan selalu menjadi korban dan lelaki memang selalu berotak bejad.


“Para lelaki yang melakukan pelecehan seksual itu, bukan cuma tidak punya malu, tapi miskin iman!” ujarnya sambil membetulkan jilbab mininya. Aku terhenyak mendengar pernyataan itu. Tapi aku memilih diam dan membiarkan dia memaparkan segepok argumen yang sepertinya begitu sistematis.


Lanjutnya, “Mereka itu sudah diracuni oleh ideologi patriarkhi yang akut. Lihat saja ketika kasus perkosaan meningkat, bukannya menangkap dan mengadili para pelaku, malah menyerukan agar para perempuan jangan pakai rok mini!”
Dia seperti ngos-ngosan saking bersemangatnya mengajukan argumen.

Eh, ternyata dia belum puas. Setelah menyeruput kopi yang terhidang di hadapannya, dia melanjutkan, “Apa hubungannya rok mini yang dipakai para perempuan dengan pemerkosaan? Lelaki saja yang otaknya ngeres, ini kan gejala karena rendahnya iman.”




Merasa bahwa ini sudah tidak bisa ditolelir lagi, aku mengacungkan tangan mengajukan pertanyaan, “Tahu dari mana kalau ini adalah karena para lelaki miskin iman? Sudah dua kali anda menyinggung masalah iman loh.”


Perempuan itu langsung memburuku dengan argumen, “Bagaimana mau disebut beriman kalau tak bisa menahan nafsu? Sangat jelas Tuhan berkata,

Katakanlah kepada pria yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya


Aku cuma manggut-manggut mendengar dia mengutip Al Qur’an Surah An Nur ayat 30. Dia kemudian melanjutkan, “Kenyataannya mereka tidak mampu menundukkan pandangan. Kalau lihat paha mulus, matanya langsung melotot dan gonadnya langsung naik. Mereka juga terbukti tak dapat menjaga kehormatan, buktinya mereka memperkosa!”


Wow, argumennya begitu telak menohok kelelakianku. Tapi aku berusaha untuk kembali bersabar, aku mengurut dada agar tak terbawa emosi yang tak terkontrol. Dalam hati aku berguman, wah faham agama juga perempuan ini rupanya, baiklah....


“Jadi tuduhan bahwa para lelaki sekarang miskin iman itu tegas dari Tuhan Ya?” Tanyaku dengan nada merendah.
“Iya, betul sekali. Allah sendiri yang berkata begitu di dalam Al Qur’an”, terdengar nada kepuasan dari bicaranya.
“Berarti, selayaknya kita mengikuti ajaran yang telah digariskan oleh Tuhan dalam hal ini?” Tanya saya lagi.


“Memang harus begitu, aturan mana lagi yang lebih baik dari aturan Tuhan?” Ujarnya lagi penuh semangat.
“Berarti kaum lelaki harus menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan berdasarkan Surah An Nur ayat 30?” Tanyaku penuh selidik.

“Seharusnya begitu bila ingin dikatakan beriman!” Tegasnya.

“Bagaimana dengan Surah An Nur ayat 31? Apakah itu juga berlaku?” Tanyaku lagi.
“Tentu harus berlaku, itu kan ayat Tuhan. Memangnya ayat itu tentang apa?” Balik dia yang bertanya.



“Sama dengan isi Surah An Nur ayat 30 tapi Surah An Nur ayat 31 di tujukan kepada perempuan,

Katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya


“Oh....” dia hanya berguman pelan.
Wah ada kesempatan ‘menyerang’ balik nih, gumanku dalam hati. Serta merta aku berondong dia dengan pernyataan beruntun.


“Lelaki memang diperintahkan untuk menundukkan pandangan, tetapi perempuan juga diminta untuk menjaga kemaluan. Begitupun sebaliknya, perempuan diminta menundukkan pandangan, para lelaki menjaga kemaluannya.”


Begitu kalimatku selesai, dia seperti kehabisan argumen.
“Jadi kalau bisa, seharusnya ada kerjasama yang apik diantara kedua jenis kelamin ini, jangan saling melecehkan dan saling menyalahkan. Toh, para lelaki bisa tergoda juga karena ada godaan kok. Seandainya tidak ada godaan lalu mereka tergoda, itu baru namanya ngeres...” ujarku.


“Wah bro, pemaparan kamu mantap, tapi sayang kamu sampaikan ketika peserta sudah pada pulang. Ayo bangun....” ujar temanku yang membangunkan. Aku tertidur dan bermimpi rupanya....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun