Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hilang, Gedung Bersejarah di Makassar

30 Agustus 2014   01:07 Diperbarui: 3 Juli 2015   10:15 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_321460" align="aligncenter" width="480" caption="Mejeng bersama Dahli Ahmad, seorang teman dari Kota Bekasi, di anjungan Pantai Losari (foto dok Nur Terbit)"]

[/caption]

Selama 30 tahun di rantau, tentu terkejut begitu pulkam ke Makassar. Begitu banyak perubahan di "Kota Daeng" yang senantiasa berhembus "Anging Mammiri" dari tepi "Pantai Losari" ini. Perubahan mencolok, banyaknya bangunan monumental berdiri.

Ada Karebosi yang sudah dipoles sedemikian rupa. Dari semula lapangan olah raga terbesar di Makassar, jadi pusat perbelanjaan (mal) di bawah tanah. Tentu dengan segala pro-kontranya. Sementara di depannya berdiri mal besar, di atas lahan bekas bangunan penjara (Lapas) yang sudah direlokasi ke daerah Gunung Sari, perbatasan Makassar - Kab Gowa.

Tak jauh dari lokasi ini, Pantai Losari juga bersolek. Selain ada patung2 pahlawan nasional, anjungan 4 etnis besar (Bugis, Makassar, Mandar, Toraja) juga ada mesjid terapung. Pantai Losari juga dikepung hotel berbintang, Trans Studio dan kesibukan pengusaha me-reklamasi pantai.

Di tengah sekian banyak perubahan itu, saya tidak menemukan lagi sejumlah bangunan khas yang berderet sepanjang tepi pantai Losari -- sesuatu yang menjadi asesoris kota yang berada di tepi laut ini. Saya tidak melihat lagi gedung Passanggrahan, mess pemerintah daerah tempat saya dan teman2 jurnalis "mengasingkan diri" ketika menggarap berita kasus, kini sudah berganti hotel berbintang.

Begitu juga Bioskop Benteng yang selalu memutar film "Cina ngamuk", menjelma jadi apartemen yang pembangunannya saat ini menjadi sorotan warga kota. Saya juga tidak menemukan lagi kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Selatan, yang gedungnya bertetangga dengan Sea View, diskotik dan club malam terkenal era 70-an.

Yang masih tersisa dan tetap kokoh berdiri, tentu saja Fort Rotterdam, benteng yang dibangun Raja Gowa dan dikenal juga dengan sebutan "Benteng Ujungpandang" atau "Benteng Panynyua" karena berbentuk penyu. Salam @Nur_TERBIT

Temukan juga tulisan lain melalui blog saya lainnya:

www.nurterbit.com

www.nurterbit.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun