Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Untungnya Punya Buku dan Perpustakaan Pribadi?

18 Mei 2022   08:45 Diperbarui: 19 Mei 2022   13:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu buku saya "Wartawan Bangkotan" diterbitkan YPTD - 2020 (foto dok : Nur Terbit)

Apa Untungnya Punya Buku Karangan Sendiri dan Perpustakaan Pribadi ?

Selasa 17 Mei 2022 adalah Hari Buku Nasional. Pertama kali dirayakan pada 17 Mei 2002 yang digagas oleh Menteri Pendidikan, Abdul Mailik Fadjar. 

Sekedar diketahui, tanggal 17 Mei sendiri dipilih karena merupakan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu pada 17 Mei 1980.

Adapun Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April.

Hari buku sedunia yang diadakan oleh UNESCO ini untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. 

Di Inggris, hari perayaan ini jatuh pada hari Kamis pertama setiap bulan Maret. Hari Buku Sedunia dirayakan pertama sekali pada tanggal 23 April 1995. Dikenal pula dengan sebutan National World Book Day (WBD).

Terkait dengan Hari Buku Nasional (Harbuknas) dan Perpustakaan Nasional (Harperpusnas), saya sendiri punya obsesi yang terpendam sejak lama. Yakni saya ingin memiliki perpustakaan pribadi, yang dari dulu hingga kini belum pernah hilang. 

Ibarat judul lagu dangdut yang pernah dipopulerkan almarhum Megi. Z "Jatuh Bangun", nah..begitulah saya jatuh-bangun membuat perpustakaan pribadi.

Sejak masih di bangku SD di Kota Makassar era 1970-an, saya sudah terbiasa dengan buku bacaan, terutama kisah petualangan, kisah tokoh terkenal, dan cerita rakyat.

Ya, era membanjirnya buku Inpres yang didrop pemerintah pusat ke daerah melalui P dan K, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kemendiknas, Kemendikbud, Kemendikristek, dan entah apa lagi namanya. Setiap ganti menteri, ganti pula nama kementeriannya. Kita belum hapal, sudah ganti lagi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun