Mohon tunggu...
Daei Aljanni
Daei Aljanni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Seorang capricorn yang hobinya melamun, mengamati, dan alakadarnya yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Piala Dunia 2022 Qatar dan Fenomena One Love

2 Desember 2022   12:56 Diperbarui: 11 Desember 2022   06:54 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala dunia merupakan ajang yang sangat bergengsi dan ditunggu oleh penggemar sepak bola di seluruh dunia. Turnamen kelas dunia ini diselenggarakan 4 tahun sekali. Pada kesempatan tahun 2022 ini, Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah turnamen tersebut. Piala dunia ini sudah berjalan sejak 20 November lalu, dengan prosesi pembukaan yang luar biasa.

Sebagai ajang turnamen besar di dunia, tentu akan terus mendapatkan atensi besar dari masyarakat di seluruh dunia, mulai dari yang fanatik dengan bola maupun yang sekedar ikut-ikutan. Semua mata memandang ke arah pagelaran sepak bola terbesar tersebut. Tidak diragukan euforianya luar biasa.

Namun, hal yang dipandang tak perlu khususnya bagi masyarakat indonesia malah terjadi. Bagaimana tidak, negara-negara besar melakukan hal yang dirasa cukup disayangkan. Bukannya fokus terhadap turnamen dan strategi untuk memenangkan pertandingan, tetapi malah melakukan kampanye yang cukup disayangkan. Yaitu kampanye one love. Salah satunya dengan memakai ban kapten bertuliskan one love dan ada pelangi.

One love merupakan gerakan untuk mengampanyekan pluralisme, humanisme, kesetaraan gender atau apapun yang berkaitan tentang HAM termasuk juga LGBT. Di dalam turnamen piala dunia ini, one love dikampanyekan sebagai seruan untuk mendukung HAM dan LBGT. Kampanye tersebut dengan cara mengenakan atribut bersimbol pelangi di setiap jersey, ban kapten, ataupun sepatu pemain.

One love memang didukung oleh organisasi internasional seperti PBB dan juga FIFA. Namun perlu dipahami juga bahwa tak semua negara melegalkan atau mendukung LGBT. Terlebih negara Qatar yang notabene merupakan negara Islam. Hal ini seharusnya dapat dipahami oleh semua negara.

FIFA sebagai federasi yang menaungi sepak bola dunia dan juga sebagai penyelenggara piala dunia pun bersikap bijak dengan menghargai tuan rumah Qatar dalam memberlakukan beberapa aturan saat perhelatan piala dunia ini seperti tidak boleh ada bir atau minuman keras di stadion, dan juga tentang sikap Qatar sebagai negara Islam yang melarang LBGT. Maka FIFA sebagai penyelenggara juga memberikan sanksi kepada negara atau pemain yang mencoba berkampanye tentang one love.

Namun, sangat disayangkan negara sekaligus para pemain yang menuntut hak asasi manusia tidak menghormati dan menghargai negara tuan rumah Piala Dunia. Pepatah mengatakan: "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Sebagai orang Indonesia, mengecewakan mengetahui bahwa FIFA sebenarnya mendukung one love, tetapi juga menghargai karena FIFA menghormati Qatar sebagai tuan rumah dan sebagai negara Muslim yang melarang LGBT dengan menghukum negara atau pemain yang menuntut mengkampanyekan one love. Namun tetap sangat disayangkan negara-negara yang konon menuntut hak asasi manusia tersebut malah tidak menghormati hak negara Qatar untuk memberlakukan norma yang ada di negara tersebut.

Diantaranya ada 7 negara yang bersikeras untuk tetap memakai atribut one love tersebut. Inggris, Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman dan Denmark merupakan negara yang mendukung dan bersikukuh untuk tetap memakai ban kapten one love saat pertandingan. Namun FIFA akan bersikap tegas apabila melanggar aturan yang sudah ditetapkan tersebut.

Lebih disayangkan lagi, kabarnya negara-negara yang tidak terima dengan keputusan FIFA dalam melarang kampanye one love di Qatar akan menuntut FIFA di arbitrase olahraga internasioal (Court of Arbitration for Sport) dan rumornya beberapa diantara negara tersebut akan keluar dari FIFA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun