Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Nyepi, Saatnya Kembali Menyapa Bumi

9 Maret 2019   22:26 Diperbarui: 9 Maret 2019   22:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hurriyetdailynews.com

Catur Brata Penyepian sebagai ritual menyambut datangnya tahun baru Caka umat Hindu di Bali adalah kegiatan unik yang tidak pernah dilakukan di seluruh dunia. Perhitungan tahun Caka yang dimulai sejak tahun 78 Masehi ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang oleh masyarakat Bali diyakini sebagai hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, agar menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).

Tiga ritual utama yang dilakukan umat Hindu Bali sebelum Hari Raya Nyepi ini adalah 1. Melasti, prosesi penyucian sarana persembahyangan di Pura dengan mengaraknya ke pantai/laut karena diyakini oleh umat Hindu sebagai sumber air suci. 2. Tawur (pecaruan), dilakukan sehari sebelum Nyepi yang disebut "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9). Ritual ini bertujuan untuk membersihkan segala leteh (kekotoran) dan dinamakan upacara Buta Yadnya, upacara yang ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat. 3. Pengerupukan, kegiatan Mecaru diikuti oleh pengerupukan dengan cara menyalakan obor, memukul kentongan yang bertujuan membuat suara ramai/gaduh. 

Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar. 

Puncaknya pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan(tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi. 

Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. 

Selain prosesi tersebut Nyepi di Bali menyisakan sensasi secara menyeluruh terhadap keseimbangan alam, panca indera manusia menjadi lebih peka saat itu. Mata, hidung, dan telinga manusia jadi lebih sensitif sehingga meningkatkan kewaspadaan terhadap fenomena alam sekitar yang biasanya terforsir oleh aktifitas keseharian.

Apalagi sejak tahun lalu Pemerintah Daerah Bali menerapkan kebijakan pembatasan koneksi internet sehingga setiap orang yang tinggal di Bali secara otomatis melewati hari itu lebih tertib dan secara bersama-sama menikmati keheningan yang tersaji. 

Keunikan suasana Nyepi di Bali ini mengundang simpati dan rasa penasaran khususnya dari para wisatawan yang berkunjung, ditandai dengan banyaknya animo wisatawan asing yang khusus datang ke Bali saat Nyepi untuk merasakan sensasi keheningan, ketenangan, kedamaian yang tidak akan ditemukan dimanapun di dunia selain di Bali. Belum lagi penghematan energi yang ditimbulkan karena berhentinya segala aktifitas transportasi dan industri.

Segala aktifitas manusia yang berkurang ini memberi ruang bagi alam semesta menunjukkan eksistensi dalam peran sentralnya sebagai faktor penting rangkaian kelangsungan hidup seluruh makhluk ciptaan Tuhan, dimana manusia sebagai subyek utama harus berinteraksi secara manusiawi tidak saja terhadap sesama manusia namun juga terhadap alam.

Diakui atau tidak manusialah aktor dari segala kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, dan telah berlangsung jutaan tahun dengan eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada kalanya sekali waktu manusia memberi kesempatan bagi alam untuk sekedar beristirahat agar tetap sehat, ramah serta memberi manfaat.

Udara, air, dan tanah adalah elemen dasar kehidupan yang perlu dijaga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Mari kita sapa Bumi yang sudah menua ini dengan ramah karena dia memang pantas mendapatkannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun