Mohon tunggu...
Dadan Mardani
Dadan Mardani Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Pendidikan adalah kunci menuju masa depan yang cerah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi dalam Pembelajaran Saintifik: Mengukur Proses, Membangun Makna

15 Mei 2025   16:59 Diperbarui: 15 Mei 2025   16:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadikan evaluasi sebagai bagian dari pembelajaran ilmiah yang reflektif dan transformatif  (Ilustrasi: Gemini, 2025)

Evaluasi dalam Pembelajaran Saintifik: Mengukur Proses, Membangun Makna
Menjadikan evaluasi sebagai bagian dari pembelajaran ilmiah yang reflektif dan transformatif.

Evaluasi dalam pembelajaran saintifik bukanlah sekadar proses mengukur hasil akhir siswa, tetapi merupakan bagian integral dari seluruh proses belajar. Evaluasi yang dilakukan dalam pendekatan ini berfungsi untuk menilai bagaimana siswa mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah melalui tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Menurut Wiliam (2011), evaluasi yang baik harus mampu memberikan umpan balik bermakna, bukan hanya memberi nilai, namun membimbing siswa untuk terus berkembang dalam proses belajar.

Pendekatan saintifik menekankan penilaian yang bersifat formatif sekaligus sumatif. Penilaian formatif berfokus pada proses belajar, sementara sumatif menilai hasil akhir. Dalam praktiknya, evaluasi ini dirancang agar siswa terlibat aktif dalam merefleksikan capaian mereka dan menjadi bagian dari proses peningkatan kualitas pembelajaran itu sendiri.

Evaluasi saintifik yang efektif harus memenuhi lima prinsip utama. Pertama, penilaian harus bersifat otentik, yaitu mengukur kemampuan siswa dalam situasi nyata dan bermakna, misalnya melalui pengamatan langsung, eksperimen, atau presentasi projek (Mueller, 2018). Kedua, penilaian harus komprehensif, mencakup berbagai data dan sumber informasi seperti observasi guru, jurnal reflektif, produk projek, dan wawancara. Ketiga, evaluasi harus berbasis kinerja; guru tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga memperhatikan proses berpikir dan tindakan siswa selama kegiatan berlangsung. Keempat, penilaian harus menekankan baik proses maupun produk, dengan memperhatikan bagaimana siswa sampai pada jawaban atau solusi tertentu. Kelima, evaluasi harus transparan dan terbuka; kriteria penilaian dikomunikasikan sejak awal dan siswa diajak terlibat dalam penyusunan rubrik serta refleksi capaian mereka.

Teknik evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran saintifik pun harus beragam. Guru dapat menggunakan observasi melalui daftar cek atau lembar observasi untuk menilai sikap ilmiah dan keterampilan proses. Penilaian kinerja bisa dilakukan saat siswa melakukan eksperimen, presentasi, atau diskusi. Instrumen portofolio berisi laporan projek, jurnal belajar, dan dokumentasi refleksi siswa. Tes tertulis pun tetap digunakan, namun difokuskan pada esai analitis dan pertanyaan terbuka berbasis kasus. Selain itu, penilaian diri dan antarteman menggunakan lembar refleksi atau skala penilaian juga menjadi bagian penting dari evaluasi menyeluruh (Woolfolk, 2016).

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, evaluasi saintifik juga diarahkan untuk mengukur ketercapaian dimensi Profil Pelajar Pancasila. Evaluasi ini menumbuhkan kemandirian, mendorong refleksi diri, meningkatkan kolaborasi, dan menguatkan nilai-nilai karakter seperti gotong royong, bernalar kritis, dan akhlak mulia.

Tentu, pelaksanaan evaluasi saintifik tidak lepas dari tantangan. Guru sering kali kesulitan melakukan penilaian proses secara individual karena keterbatasan waktu dan belum terbiasanya penggunaan instrumen otentik. Solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan mengintegrasikan evaluasi ke dalam proses pembelajaran harian, membagi peran penilaian antara guru dan siswa, serta mengembangkan sistem penilaian digital berbasis rubrik dan portofolio.

Kesimpulan

Evaluasi dalam pendekatan saintifik harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang membangun, bukan sekadar penilaian akhir. Evaluasi yang otentik, komprehensif, dan berbasis proses menjadi kunci dalam menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik abad 21.

Daftar Pustaka

Mueller, J. (2018). Authentic assessment toolbox. Retrieved from http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/
Wiliam, D. (2011). Embedded formative assessment. Bloomington, IN: Solution Tree Press.
Woolfolk, A. (2016). Educational psychology (13th ed.). Boston, MA: Pearson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun