Integrasi Kurikulum Merdeka dan Kecakapan Abad 21 dalam Pendekatan Saintifik
Menyatukan pembelajaran berbasis proses dan kompetensi untuk mencetak generasi pembelajar masa depan.
Pendidikan abad ke-21 menuntut adanya perubahan mendasar dalam cara mengajar dan belajar. Kurikulum Merdeka hadir sebagai respons terhadap tantangan tersebut, dengan menawarkan fleksibilitas dan penekanan pada pembelajaran yang kontekstual dan bermakna (Kemendikbudristek, 2022). Di dalam kerangka kurikulum ini, pendekatan saintifik memainkan peran sentral sebagai metode pembelajaran yang memadukan eksplorasi ilmiah dengan pengembangan kompetensi hidup dan kerja abad ke-21.
A. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2022, menegaskan pentingnya pembelajaran yang adaptif terhadap kebutuhan peserta didik dan relevan dengan kondisi lokal. Pendekatan saintifik dipertahankan sebagai fondasi karena struktur lima langkahnya---mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan---selaras dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan berbasis projek (Hosnan, 2014).
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa membangun pemahaman melalui pengalaman belajar yang otentik. Pendekatan saintifik menyediakan kerangka yang memastikan siswa berpikir secara sistematis, reflektif, dan mandiri dalam proses belajarnya (Hosnan, 2014).
B. Kecakapan Abad 21 dalam Pembelajaran Saintifik
Menurut Framework for 21st Century Learning (P21, 2019), peserta didik perlu memiliki keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi, serta kecakapan hidup dan karier. Pendekatan saintifik mendukung semua keterampilan ini:
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan beberapa tahapan penting yang berkorelasi dengan kecakapan abad ke-21. Tahap mengamati melatih literasi informasi dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Selanjutnya, tahap menanya mendorong pengembangan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi. Proses menalar mengasah kemampuan pemecahan masalah dan logika berpikir. Kegiatan mencoba memicu kreativitas, inovasi, serta kemampuan berkolaborasi. Terakhir, tahap mengomunikasikan mengembangkan komunikasi yang efektif dan literasi media.
Melalui proses saintifik, siswa tidak hanya memperoleh konten akademik, tetapi juga mengembangkan soft skills yang esensial untuk keberhasilan di masa depan (P21, 2019).
C. Kolaborasi Nilai Kurikulum Merdeka dan Saintifik
Baik Kurikulum Merdeka maupun pendekatan saintifik sama-sama menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang belajar melalui pengalaman langsung. Keduanya mendukung:
- Pembelajaran berbasis pengalaman nyata (experiential learning).
- Proyek-proyek yang terkait isu sosial dan lokal.
- Implementasi dimensi Profil Pelajar Pancasila, termasuk:
- Beriman dan berakhlak mulia, melalui kejujuran dan objektivitas.
- Mandiri, melalui pembelajaran berbasis penemuan.
- Bernalar kritis, sebagai inti proses saintifik.
- Berkebinekaan global, lewat perbandingan lintas budaya.
- Gotong royong, dalam kerja kelompok dan projek.
- Kreatif, melalui eksplorasi solusi dan ide (Kemendikbudristek, 2022).