Mohon tunggu...
Dadan Andana
Dadan Andana Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMPN 1 Tanjungmedar

Penikmat sastra, politik, pendidikan, dan ekonomi Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca Bincang Interaktif Dua Menteri Pendidikan

9 Oktober 2022   10:44 Diperbarui: 9 Oktober 2022   10:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kolaborasi dalam mendorong peningkatan kualitas pembelajaran di Indonesia untuk menemukan solusi tantangan bidang pendidikan global terus digulirkan. Kaementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meningkatkan kerja sama bidang pendidikan, kebudayaan dan pengetahuan dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan melalui pertemuan bilateral.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim berbincang bersama Robbert Dijkgraaf, Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Kerajaan Belanda. Kedua Menteri mengundang perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi melakukan diskusi yang dihelat di ruang perpustakaan gedung Erasmus Huis, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Jakarta, (21/7/2022). Diskusi dilakukan dalam suasana akrab serta mengusung tema tentang bagaimana mentransformasikan pendidikan dan penelitian untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Meskipun agak terlambat saya mengikuti channel Kemdikbud RI, sungguh hari ini, Sabtu, 08 Oktober 2022 bertepatan dengan libur nasional peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi satu-satunya hal terpenting. Di setiap akhir pecan saya menyempatkan diri seberapa banyak hal yang bisa saya jelajahi, seberapa banyak gagasan yang bisa saya tumpahkan dan hasilkan bukan tentang kualitas melainkan seberapa saya bisa berpetualang. Saya percaya, menjelajah itu suatu proses yang membebaskan bukan tentang hasil.

Sangat menarik bagaimana Menteri Dijkgraaf mencontohkan keputusan Menteri Nadiems yang mengorbankan kenyamanan hidupnya demi kebaikan yang lebih besar. Saya pikir ini adalah contoh yang bagus bagi kita semua untuk tidak hanya melihat hal-hal dalam skala mikro, tetapi juga untuk mundur beberapa langkah untuk melihat gambaran yang lebih besar. Apalagi yang dilakukan Nadiem adalah visioner: mengatur generasi tua dan muda untuk terus bergerak dalam pelayanan.

Dari pembicaraan mereka (dua menteri pendidikan dan perwakilan mahasiswa Indonesia) pada intinya, saya setuju untuk memberikan kekuatan kepada siswa yang dapat mengarahkan mereka pada implementasi pembelajaran yang disebut Ki Hajar Dewantara dengan Panca Darma pendidikan: asas kodrat alam (natural base), asas kemerdekaan (freedom base), asas kebudayaan (cultural base), asas kebangsaan (nation base), dan asas kemanusiaan (humanity base).

Mas Nadiem Makarin dalam konteks ini dengan sangat tegas mengemukakan bahwa apa yang dilakukan merupakan upaya mengejutkan system dan kesempatan memengaruhi satu generasi untuk terus mencoba- menyesuaikan -- modifikasi -- mengulangi -- dan mencoba lagi. Hal ini didasari bahwa pembelajaran itu realitas alternative di samping merupakan pencampuran gagasan yang muda, yang tua, yang privat, yang public, untuk saling berbagi tentang bakat inti, penalaran logis kontekstual, literasi dan numerasi, pemikiran kritis, dan problem solving skill. Maka pembelajaran haruslah berdampak baik pada perubahan (Change), pembelajaran itu sendiri (Learning), inovasi (Innovative), dan jalan masa depan (Future), dan -CLIF. Namun, masih membutuhkan proses yang dinamis dan integratif untuk membuatnya berkelanjutan.

Pada sesi tanya jawab kedua menteri pendidikan tersebut dengan mahasiswa, saya mengutip jawaban inspiratif dari Mr. Robbert Dijkgraaf, Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Kerajaan Belanda, "Saat Anda menggoreskan pensil atau kuas di atas kertas atau kanvas yang masih bersih, Anda membuat sesuatu yang belum pernah dibuat oleh siapa pun sebelumnya, bukan? Imajinasi, rasa ingin tahu, kreativitas, itulah keterampilan bawaan. Kita mungkin harus berpikir lebih seperti seniman dan kurang sebagai insinyur."

Penguatan lanjutan dilakukan pula oleh Mas Nadiem Anwar Makarim, Mendikbudristek RI bahwa, "Dunia sedang bergerak kea rah dunia creator, dunia produser. Aspek digital itulah hanya analogi termudah untuk Anda memahaminya. Saat ini, nilai Anda akan lebih ditentukan oleh kreativitas Anda. Apa yang bisa Anda kreasikan? Apa yang bisa Anda hasilkan sendiri? Bukan apa yang bisa Anda hasilkan dipabrik dengan seribuorang dalam lini perakitan karena pekerjaan itu mungkin akan hilang dalm beberapa tahun. Ke depan kita akan bertemu dunia asing terlepas dari rasa sakit pribadi atas kreativitas yang kita lakukan untuk menangani banyak hal: pendidikan, politik, profil public. Saya rasa kita butuh sesi curhat kelompok."

Dari ragam inspirasi itu, saya tergugah untuk merekomendasikan konsep pemberdayaan Nestand berkelanjutan dalam empat dimensi : Soliditas (Solidity)-- Tumbuh (Grow) -- Unggul (Eminen) -- Manfaat (Convenient)- (STUM) yang masing-masing dimensi memiliki komponen utama sebagai indikator untuk melakukan penilaian diri (reflection) dengan pengaturan diri untuk diberdayakan (empowered), dan mampu memberdayakan orang lain (emulate).

Mengakhiri tulisan ini, saya terkesan dalam-dalam dengan closing statement dari Mr. Robbert Dijkgraaf, "Menjadi kreatif itu membuat kita merasa bebas, tidak dihentikan dengan cara apa pun. Kesempatan berkreasi adalah suatu hadiah yang harus diberikan kepada setiap orang."

Mari kita menjadi orang yang memutus siklus yang stagnan atau mandeg. Jika kita dihakimi, pilihlah pengertian. Jika kita ditolak, pilih penerimaan. Jika kita dipermalukan, pilihlah belas kasihan. Jadilah orang yang dibutuhkan saat kita terluka, bukan orang yang menyakiti. Bersumpahlah untuk menjadi lebih baik dari apa yang menghancurkan ---untuk menyembuhkan daripada menjadi sakit sehingga kita dapat bertindak dari hati  bukan dari rasa sakit kita. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun