Mohon tunggu...
D Asikin
D Asikin Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi menulis

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mulutmu Harimaumu

18 September 2022   22:53 Diperbarui: 18 September 2022   23:30 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Itu adalah peribahasa, perumpamaan, idiom dari nama binatang. Tak susah dijelaskan, orang akan dengan mudah membuat makna. Konotasinya memang negatif. Bayangkan seekor harimau siap menerkam.

Mungkin tidak terlalu salah jika umpama ini dikenakan kepada yang terhormat anggota komisi I DPR. Bapak Efendi Simbolon. Ucapannya yang mengibaratkan TNI dengan gerombolan ternyata menyakitkan banyak anggota TNI. Emosipun meledak di sana sini.

Saya sendiri dan beberapa teman yang lain tidak terlalu kaget dengan kejadian itu. Sering kali menonton siaran langsung Rapat Dengar Pendapat di ruang sidang DPR itu. Banyak ternyata anggota DPR yang "garang" . Bukan cuma menegur tapi menghardik dengan kata kata kasar.

Pejabat setingkat Menteri juga dimaki dan dihardik. Bahkan ada seorang presiden direktur sebuah BUMN yang diusir keluar ruangan.

Saya dan beberapa teman sempat berfikir, kok begini wakil rakyat  melaksanakan tugas? Saya pikir mandat dari rakyat tidak persis seperti itu. Benar ditugaskan, salah satunya untuk mengawasi kinerja pemerintah. Tapi bukan dengan cara begitu. Boleh keras tapi jangan kasar. Menghardik  dengan cantik. Memikul rasa merangkul. Kesalahan tidak bisa diperbaiki dengan kekasaran.

Saya khawatir kondisi ini sudah jadi budaya. Sudah tumbuh rasa tinggi hati, superior complek. Kalau dibiarkan ini bisa berkepanjangan dan jadi budaya. Jangan jangan dikira rakyat memang berwatak bengis begitu. Rasanya tidak begitu yah.

Rocky Gerung salah satu rakyat yang getol menggerung menyebut DPR itu kurang ajar. Tentu saja tidak  semua anggota DPR itu demikian. Itu mah Gerung Rocky aja. Tentu masih ada hukum kebalikan dan keseimbangan. Masih ada anggota yang baik, santun dan arif.

Saya pikir apa yang dilakukan Efendi Simbolon memenuhi asas konstitusi. Ia memiliki kekebalan mimbar. Kalau saja dia bicara sampai pertanyaan kenapa ada disharmoni antara panglima TNI dengan KASAD, stop di situ dan tidak diteruskan dengan kalimat seperti gerombolan lebih dari ormas. 

Mungkin landingnya tetap selamat meski ada sedikit goncangan. Tidak menimbulkan prahara. Tapi karena kalimat ikutannya itu, Efendi menuai akibat seperti peribahasa "mulutmu harimaumu".

Banyak tentara yang geram. Ada Dandim berteriak mengecam politisi senior itu. Bahkan mantan TNI seperti Ruslan Buton dengan pasukannya mengancam mengejar ES sampai ke ujung dunia.

Pokoknya jagat republik ini sempat heboh deh. Hampir seheboh kasus Ferdi Sambo. Mungkin kegusaran anggota TNI itu dipicu juga oleh kehilangan kearifan KASAD Jendral Dudung Abdurahman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun