Mohon tunggu...
Cut Marliana
Cut Marliana Mohon Tunggu... -

Nafsu mengatakan perempuan itu cantik atas dasar rupanya. Akal mengatakan perempuan itu cantik atas dasar ilmu dan kepintarannya. Dan hati mengatakan perempuan itu cantik atas dasar akhlaknya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mungkin Para Pahlawan Menangis

11 November 2013   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 1984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384166756377666582

Kata orang, Negara yang besar adalah mereka yang mengahargai para pahlawannya. Agaknya itu memang benar, karena jika suatu bangsa mengharagai jasa para pahlawannya pasti mereka akan terpacu untuk mengahargai dan mempertahankan bangsa ini. Lalu bagaimanakah cara menghargai dan mempertahankan bangsa ini? Apakah Indonesia sudah melakukan itu? Wujud daripada menghargai pahlawan sebenarnya tidak hanya terucap dilisan saja. Namun sejauh mana kita meneladani dan mencontoh sikap-sikap mereka dalam mempertahankan dan mengahargai bangsa ini sebagai implikasi dari wujud menghargai mereka. Dulu, para pahlawan dengan gigihnya melawan penjajah guna mendapatkan sebuah kata "merdeka" dan mereka pula dengan mati-matian mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Namun setelah merdeka, apa sumbangsih kita untuk menghormati jasa pahlawan itu? Mengikuti berbagai acara pada waktu agustusan? Apakah itu cukup? Kalau kita lihat fenomena yang terjadi sekarang ini memang cukup menyakitkan. Sekarang, siapakah yang perduli jika melihat bendera merahputih tergeletak di jalan? Siapakah yang perduli ketika salah satu identitas bangsa ini diklaim Negara lain? Siapakah yang perduli ketika pulau kita dimiliki Negara lain? Siapakah yang perduli ketika ekonomi kita dikuasai bangsa lain? Siapa yang perduli? Nyaris tak ada !!!! [caption id="attachment_300970" align="alignnone" width="600" caption="Sumber: Kompas.com - http://nasional.kompas.com/read/2011/11/08/12361312/Inilah.Tujuh.Pahlawan.Baru.Indonesia"][/caption] Padahal dulu para pahlawan mempertahankan itu semua, bahkan nyawa sebagai taruhan, tapi sekarang semua terbalik, mereka lupa akan perjuangan pahlawan dulu. Kalau memang mereka menghargai para pahlawan, mengapa banyak penjabat yang menghianati bangsa ini? Mereka berhianat dengan mengambil barang milik Negara hanya untuk memenuhi perut mereka. Mereka menyalahgunakan jabatan untuk memenuhi hasrat mereka. Apa yang terjadi?. Kalau memang mereka menghargai para pahlawan? Mengapa mereka atau mungkin kita diam saja ketika salahsatu identitas kita diklaim Negara lain padahal identitas itulah yang juga diperjuangkan mati-matian oleh pahlawan kita. Apakah kita lupa ketika para pahlawan dengan segenap jiwa dan raganya bertempur mengusir penjajah. Bergelimang darah, tertembak, dihukum mati, diasingkan dan sebagainya. Apakah mereka tak ingat tentang perjuangan arek-arek Surabaya yang dengan gigih mempertahankan kemerdekaan ini. Mereka hanya ingin suatu kebebasan, kemerdekaan, dan atas ijin Allah itu semua terwujud. Namun ketika sudah merdeka sekarang ini, semua lupa. Identitas kita diklaim negera lain hanya diam saja, ekonomi kita dikuasai negara lain kita malah tertawa. Disi lain, apatismisme tentang demokrasipun juga dinilai cukup besar. Itu terlihat dari jumlah pemilik hak suara yang golput pada pemilu. Selain itu pula, banyak warga Negara yang tak memiliki kesadaran dalam menjaga budaya dan identitas bangsa. Egois dengan memikirkan hidupnya sendiri tanpa memikirkan oranglain atau Negara. Itu mungkin adalah salah satu wujud kelupaan mereka terhadap perjuangan para pahlawan. Sekarang mungkin kita tidak merasakan apa yang para pahlawan dahulu rasakan. Kita tidak pernah merasakan perang, kita tidak merasakan diasingkan, kita tak merasakan hokum mati, kita tak merasakan dimasukkan dalam lubang buaya, kita tidak merasakan tertembak dan sebagainya. Tapi, bukan berarti perjuangan telah berakhir. Tugas kita adalah meneruskan perjuangan Negara ini dalam mempertahakan dan menjag persatuan dan kesatuan. Mungkin hanya bantuknya saja yang beda. Maka dari itu, marilah hari pahlawan ini kita maknai sebagai hari dimana kita akan meneladani perjuangan para pahlawn terdahulu dengan tetap gigih menjaga persatuan kesatuan bangsa serta identitas Negara. Mari kita satukan tekad untuk membangun bangsa ini. Karena kalau bukan kita siapa lagi? Mari kita hapus airmata para pahlawan dengan sebuah perjuangan baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun