Mohon tunggu...
Karyati
Karyati Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menjadi pembaca terbijak

ok

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tunjangan Hari Raya Versus Tunjangan Hari Akhirat

6 Juni 2018   18:08 Diperbarui: 6 Juni 2018   18:42 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunjangan Hari Raya / Akhirat

Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Animo masyarakat tertuju pada tunjangan hari raya (THR). Tunjangan hari raya yang diimpi-impikan oleh seseorang. Tunjangan hari raya yang dapat digunakan untuk belanja atau berbagi dengan saudara ataupun sesama. Apapun itu, yang dilakukan dengan THR. Pada intinya bersyukurlah. Sebab, dengan THR membuat kebutuhan yang menggunung menjadi mengecil (teringankan). Selain itu juga, THR dapat membuat penerimanya kaya sesaat dan dapat digunakan untuk sesuatu hal yang selama ini diinginkan.

Besarnya THR yang diterima memang setara dengan gaji per bulan maka wajib ain untuk selalu disyukuri. Daripada tidak menerima THR sama sekali seperti karyawan yang resign sebelum lebaran tiba. Jadi, THR dilarang untuk dikeluhkan.

Tunjangan hari raya sejatinya membuat penerima berbunga dan bahagia. Berbeda pula dengan tunjangan hari akhirat. Tunjangan hari akhirat ini hanya berlaku bagi guru honorer seperti saya saat ini. 

Fenomena ini sangat memprihatinkan, sama-sama bekerja sebagai pendidik tetapi finansial yang diterima setiap bulan cukup untuk mengisi bahan bakar. Inilah kenyataan yang sering dikeluhkan guru honorer. Tidak pernah mengenal indahnya menerima uang tunjangan hari raya (THR). Apalagi menikmati uang THR dengan berbunga ataupun bahagia. Meski pun demikian adanya, tidak boleh berduka berlebihan sebab rezeki dalam kehidupan ini sudah ada yang mengatur.

Guru honorer hanya mengenal tunjangan hari akhirat. Dimana kerja ikhlas yang selama ini dijalani hanya dihadiahi sebuah doa tulus dari seorang murid yang telah berhasil dididik. Kenyataanya jika dinilai dengan tunjangan hari raya yang bernominal sekian, tunjangan hari akhirat justru lebih mulia dibandingan dengan THR yang sesungguhnya.

THR
THR
Tidak dipungkiri memang, tunjangan hari akhirat berlaku di kehidupan akhirat kelak. Jadi, sebagai guru honorer siapa pun itu setidaknya sudah punya tiket atau bekal terlebih dahulu ke akhirat dibandingan dengan para penerima tunjangan hari raya. Disinilah nilai posotif yang bisa diambil untuk selalu membesarkan diri dengan profesi yang mulia ini. Jangan pernah mengeluh apalagi berkeinginan untuk berhenti. Apabila profesi yang mulai ini ditekuni dengan baik maka matematika-Nya tidak bisa dijangkau sangat diluar logika dibandingkan hitungan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari yang kenyataanya bisa dipenuhi.

Ditegaskan lagi, berapapun jumlah yang diterima dari tunjangan hari raya tersebut. Sebaiknya, jangan lupa juga disisihkan untuk akhirat. Jangan sampai dibuang untuk membelanjakan hal-hal yang tidak penting. Menyisihkan tunjangan hari raya untuk suatu hal yang baik pun sudah menjadi bekal nanti di akhirat. Apalagi jika berbagi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan maka pahalanya tidak akan tanggung-tanggung. Sehingga, tunjangan hari raya yang diterima akan berbuah kebahagiaan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun