Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Celoteh Masa Kehamilan

30 September 2016   15:29 Diperbarui: 1 Oktober 2016   15:59 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.pixabay.com

Tulisan ini hanyalah gambaran kecil saja tentang pengalaman istri saya selama masa kehamilan. Setelah menunggu kurang lebih empat tahun sejak pernikahan kami pada 2012, akhirnya Tuhan memberikan anugrah yang luara biasa ini, yaitu diberi kesempatan untuk mendampingi  istri saya dalam proses kehamilan. Tulisan ini hanya ingin berbagi kebahagiaan kepada para pasangan yang kebetulan sudah/belum memiliki momongan. 

Bukan hal yang mudah ketika memutuskan untuk menikah namun belum memiliki momongan. Stigma negatif dan dianggap tidak subur serta tuduhan sebagai istri tidak berguna beberapa kali diterima istri saya. Memang, istri saya lebih banyak mendapatkan " cap negatif " ketimbang terhadap saya sebagai suami. Namun, sebagai suami saya juga sempat merasakan bagaimana sakitnya “diolok-olok” sebagai suami yang tidak mampu memberikan keturunan. Padahal, urusan hamil/tidak hamil bukanlah hak manusia. Ada yang lebih berkuasa daripada manusia, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Beberapa rumah sakit di Yogyakarta dan dokter spesialis kandungan pernah kami kunjungi untuk melakukan konsultasi/konseling dan pemeriksaan. Ada beberapa dokter yang memiliki perspektif humanis, mendengarkan keluhan pasien dan penuh kehati-hatian dalam mendiagnosa istri saya. Namun ada juga oknum dokter yang kami kunjungi malah menyalahkan kami. Ini kami dengar dari komentar-komentarnya. Akhirnya kami bertemu dengan seorang dokter perempuan di Yogyakarta yang menurut kami enak diajak ngobrol. Kami sempat melakukan beberapa rangkaian test bersama dokter ini, namun Tuhan memang belum berkehandak. 

Akhirnya kami memutuskan untuk jeda sebentar untuk tidak melanjutkan proses rangkaian tes yang harus kami jalani. Jujur saja, kami lelah secara psikis. Nah, disaat kami merasa lelah dan sudah berusaha merelakan proses yang sedang kami jalani, Tuhan mengirimkan keajaiban luar biasa. Istri saya, tepatnya pada awal bulan puasa (Juni 2016) mengaku pusing, mual dan muntah. Kami kira itu hanya masuk angin, karena memang kadang-kadang istri saya mengalami masuk angin.

Istri saya bahkan sempat minum jamu “ orang pintar ” untuk meredakan mual, namun tetap saja belum reda. Didorong oleh perasaan penasaran, maka saya berinisiatif membeli alat tes kehamilan di toko. Wah, alangkah senangnya. Berdasarkan alat tes tersebut menujukkan istri saya positif hamil. Sejak hari itu, kami bertekad menjaga sebaik-baiknya anugerah Tuhan tersebut. Ngomong-ngomong saat saya menulis ini kandungan istri  sedang memasuki minggu ke-19.

Dibawah ini adalah celoteh istri saya, Alifa Kurniyati pada dinding facebooknya:

Catatan tri semester bersama si yunior... 

Sebenarnya sudah lama sekali ingin menulis pengalaman 3 bulan hidup berdampingan dengan si yunior yang masih dalam kandungan. Apa yang dialami perempuan lain ketika hamil akhirnya bisa aku alami. Tanks God. Apa itu istilah ngidam... syndrom kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan... menu mual di pagi hari, bahkan kadang mual datang tidak mengenal waktu... badan yang sakit... sudah dialami... ehmmm... 

Tapi untuk istilah ngidam saya cenderung sepakat kalau itu sebenarnya faktor hormonal, ketika ada dorongan hormon menginginkan sesuatu yang sebenarnya secara tidak sadar signal perintah dari si yunior menginginkan sesuatu demi kebaikan perkembangannya. jadi kalau menginginkan sesuatu (lebih cenderung hal makanan sih), tidak harus dituruti kalau sekiranya tidak baik untuk perkembangan si yunior. kalau kita menempatkan pikiran sadar kita di atas dorongan hormonal tadi sebenarnya tidak ada istilah ngidam..(hahhaa...itu baru analisis sementara dari pengalaman aku 3 bulan bersama si yunior)...

3 bulan bersama yunior adalah moment yang tepat untuk mengukur kedewasaan kesiapan kita menjadi seorang mom/ibu..kesiapan dan keikhlasan kita untuk menerima yunior hidup berdampingan dengan kita, kerelaan kita membagi waktu bersama...dan bagaimana mengatur mental, emosi dan fisik kita untuk berbagi suka dan duka bersama yunior...

Finnaly...di bulan ke empat saya bisa melampauinya,.congratulation mom...semua tentu berkat dorongan motivasi dan senyum semangat dari pasangan hidupku...tanks for Wahyu Tanoto, Tan Tan..Anda adalah ayah spesial untukku dan yunior kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun