Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membaca Kembali Agama-agama Dunia

7 November 2022   14:16 Diperbarui: 7 November 2022   14:19 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama mengambil bagian pada saat-saat yang paling penting dan pada pengalaman-pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang masa dewasa, mengesahkan perkawinan serta kehidupan keluarga dan melapangkan jalan kehidupan kini menuju kehidupan yang akan datang. (Hlm 6).

Buku Agama-agama dunia yang diterjemahkan oleh F. A. Soeoprapto ini mengajak para pembacanya memahami ajaran dan konteks agama yang akan memberikan jawaban-jawaban terhadap pelbagai pertanyaan yang kerapkali muncul dalam alam pikiran manusia. Dalam bahasa yang lebih sederhana agama akan menyajikan panduan sebagai jalan hidup (way of life).

Pertanyaan bagaimana kehidupan dimulai? Apa artinya semua ini? Mengapa ada umat manusia "tidak" bahagia? Dan apa yang akan terjadi terhadap manusia setelah mati? Ternyata hampir dialami oleh manusia. Agama-agama yang ada di dunia juga akan menyajikan perspektifnya.

Mulai dari Hinduisme, Yudaisme, Buddhisme, Kristianitas, Islam, Sikhisme, memiliki jawabannya sendiri atas pertanyaan di atas. Hal ini dapat menjadi penanda bagi manusia jika agama juga dapat menjadi jawaban atas problem kehidupan. Selain itu, kepercayaan (keimanan) seperti Konfusianisme, Taoisme, Zoroastrianisme, Shintoisme hingga Baha'i juga memiliki sudut pandangnya sendiri.

Dalam konteks ini sungguh tepat kiranya meminjam istilah Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. DR. M. Amin Abdullah dalam beberapa kesempatan pernah menyebutkan jika kebenaran letaknya ada di dua sisi. Bagi pemeluk agama (insider) dan kebenaran menurut orang di luar agama (outsider).

Boleh jadi inilah sebabnya mengapa manusia diminta untuk belajar memahami dan menerima perbedaan sebagai kehendak illahi. Manusia hendaknya menyadari jika kebenaran terhadap ketuhanan tidak bisa "dipaksakan" terhadap orang lain meskipun menginginkannya. Jika hal ini terjadi yang muncul adalah perpecahan-untuk tidak menyebut peperangan-antar umat beragama.

Penulis buku ini, Michael Keene memiliki keahlian di bidang studi teologi dan agama. Dia mengajar pada sekolah di London, Hampshire dan Suffok. Beberapa bukunya yang telah diterbitkan adalah The Development of Christianity, Seeker after Truth, dan Examining Four Religion. Buku Agama-agama Dunia akan membahas sejarah asal usul, sistem ibadah, kitab suci, kepercayaan pada tuhan, perayaan keagamaan, jalan keselamatan hingga perkawinan dan keselamatan.

Hinduisme, adalah agama monoteistis yang umatnya mempercayai pada satu Allah, yaitu Brahman (Roh yang mutlak), yang tidak dapat dijangkau dan dimengerti oleh manusia meskipun ada berjuta gambar yang membuat Brahman bisa bisa dilihat dan dikenal oleh para pemujanya.

Yudaisme. Agama ini merujuk pada Abraham (Ibrahim) sebagai bapak bangsa dan kepada Musa yang membentuk dan menentukan iman religiusnya. Musa memimpin bangsa baru yang muncul dari masalah perbudakan Mesir ke perbatasan Tanah Terjanji. Bagi pemeluk Yahudi yang saleh, Kitab Suci merupakan pusat kehidupannya. Kitab suci mereka ditulis dalam bahasa Ibrani terdiri dari 39 kitab, persis seperti kitab Perjanjian Lama hanya berbeda urutannya. TeNaKh, adalah kitab duci mereka dan terdiri dari 3 bagian: Hukum atau Taurat, Nabi-nabi atau Nevi'im dan Sastra atau Ketuvim.

Buddhisme. Umat Buddha memercayai jika manusia terikat di dalam lingkaran lahir, hidup, dan mati melalui keinginan keinginan yang kuat dan mereka dapat lahir kembali berulang kali sampai tak terhitung jumlahnya dengan tingkatan hidup dan keberadaan yang tidak sama. Umat Buddha juga percaya akan adanya realitias tertinggi, akan tetapi tidak menyebut sebagai "Allah". Sebagian besar umat Buddha tampaknya lebih berbahagia bila membicarakan "filsafat hidup" daripada tentang agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun