Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Orang Tua yang Tidak Sok Tahu

10 Desember 2021   19:50 Diperbarui: 10 Desember 2021   19:52 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Sebagai orang tua, tampaknya perlu segera menghentikan asumsi yang terlanjur mengakar yang menyebutkan bahwa "orang tua selalu tau", karena dianggap lebih memiliki pengetahuan dan pengalaman. Terlebih, jika menjawab pertanyaaan-pertanyaan kritis dari anak. Contoh yaitu; Tuhan itu siapa?, Kenapa aku memiliki penis/vagina? Menikah itu apa?

Bagi saya, anak-anak  selalu memiliki intuisi ingin tahu. Sebagai orang tua, saya perlu segera berhenti berasumsi bahwa saya harus menjadi pemegang otoritas tertinggi dan memiliki jawaban untuk semua pertanyaan. Orang tua juga ternyata memiliki "batas" pengetahuan untuk menjawab pertanyaan kritis anak. 

Sebagai orang tua, saya perlu membiasakan diri untuk jujur dan mengatakan "Bapak/Ibu tidak tahu," bila memang tidak bisa menjawab pertanyaan anak. Bagi saya, kalimat "saya tidak tahu" adalah jawaban paling masuk akal dan bijaksana ketimbang memaksakan diri menjawabnya namun tidak jujur.

Atau begini, jika orang tua merasa "gengsi" untuk menjawab tidak tahu bisa juga dengan bahasa lain. "Nanti kita cari tahu jawabannya bersama- sama ya nak". Namun dengan catatan benar-benar mencari tahu jawabannya, bukan karena ingin tidak terlihat " bodoh" di depan anak orang tua justru memperlihatkan kebohongan di depan anak.

Ketika orang tua memaksakan diri harus langsung menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak padahal tidak tahu, saya justru khawatir bahwa hal tersebut termasuk bagian dari "SOK TAHU".

Bagi saya, ini adalah perilaku kurang elok yang harus dicegah. Memang di sisi lain, meminjam istilah Clinton Callahan, penulis Building Love That Lasts telah menyebutkan bahwa kondisi psikologis orang dewasa secara alami mendorongnya untuk tampil superior dengan selalu menjadi yang paling tahu.

Namun perlu juga di ingat bahwa anak-anak bukanlah "gelas kosong" yang harus selalu di isi dengan berbagai macam pengetahuan seperti yang dibayangkan oleh sebagian kalangan orang tua. Ada saatnya justru orang tua yang perlu belajar dari anak,  misalnya belajar mendengarkan, tidak menyalahkan, empati dan mengurangi memberi nasehat. 

Tidak jarang, orang tua yang "SOK TAHU" dapat membuat pemikiran anak rentan berhenti berkembang. Biasanya, ketika anak baru akan memulai menyampaikan pendapat, orang tua justru sudah menyela atau bahkan memotong pendapat anak sambil memberikan penjelasan. Perilaku orang tua yang seperti ini bisa jadi karena ketidaktahuannya.

Ketika orang tua memang tidak/belum mampu menjawab pertanyaan anak, bukan berati akan kehilangan wibawa. Justru, bagi saya merupakan peluang bagi orang tua untuk belajar bersama anak mencari jawabannya. Karena, orang tua juga manusia yang tidak selalu benar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun