Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Saat Mama Tiada

15 Desember 2014   21:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:15 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saat pertama kali ziarah ke makam mama, saya sempat menangis tersedu-sedu. Bukan, bukan menyesali takdir yang mengharuskan mama meninggalkan saya dalam usia muda, namun lebih kepada saya yang menyia-nyiakan banyak kesempatan.

Saat menyusuri pematang sawah usai “menjenguk” mama, air mata saya tak henti mengalir. Saya ingat rentetan waktu yang saya sia-siakan. Dulu saat ingin bertemu mama, saya hanya tinggal membuka pintu kamar, setelah itu berjalan beberapa langkah ke ruang keluarga. Mama selalu ada disana menonton beragam acara televisi.

Namunsaya tidak melakukan itu. Saya memilih mengurung diri di dalam kamar setiap kali memiliki waktu luang. Saya biasanya membawa beragam makanan dan minuman ke kamar, setelah itu kamar saya kunci. Kemudian saya membaca beragam buku cerita, majalah, maupun surat kabar. Bila bosan membaca, saya biasanya leyeh-leyeh hingga tertidur pulas.

Saya memang lebih suka menonton televisi sendiri. Sehingga, saat mama asyik menonton televisi, saya mencari kegiatan lain. Terkadang saya juga ikut menonton televisi, namun televisi diruang lain karena saya dan mama memiliki program acara televisi favorit yang berbeda.

Kini setalah mama tidak ada, saya sangat menyesal mengapa dulu saya tidak menghabiskan waktu lebih banyak dengannya. Mengapa dulu saya tidak mengalah dengan menonton acara-acara televisi favorit mama. Mengapa dulu saya tidak duduk manis saja sambil melihat mama menonton.

Sekarang, setelah mama meninggal. Untuk bertemu mama saya harus melewati sawah dan sungai yang cukup jauh dari rumah. Saya harus siap dikerubuti nyamuk. Itupun saya tidak bisa mengobrol dengan mama, tidak bisa memegang tangannya, tidak bisa melihat raut mukanya, saya hanya bisa melihat pusaranya, melakukan monolog dan berdoa sepenuh hati agar mama ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya.

Saya menyesal mengapa dulu tidak pernah membantu mama memasak. Saat saya masih duduk di sekolah dasar, mama sebenarnya beberapa kali melibatkan saya dalam acara masak memasak untuk sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Namun saya tidak dengan sepenuh hati membantu. Saya biasanya malas-malasan.

Ujung-ujungnya saya pura-pura belajar, dan mama selalu menyerah meminta bantuan saya bila saya berlindung dibalik buku. Katanya ya sudah belajar saja. Hingga akhirnya keterusan, sampai saya besar – sampai saya kuliah, kerja, mama tidak pernah lagi meminta bantuan saya untuk memasak. Katanya biar nanti saja kalau saya sudah berkeluarga masaknya, nanti mama ajarin sampai pintar, namun ternyata mama tidak sempat mengajari saya memasak.

Hubungan saya dan mama sebenarnya sangat dekat. Meski tidak pernah menonton televisi dan memasak bersama, saya biasanya pergi berkeliling – berjalan-jalan – bersama mama. Kami mencicipi beragam makanan, berkeliling ke mall, pergi keluar kota, atau bercerita apapun terkait yang terjadi dalam kehidupan saya. Itu makanya, terkadang mama sudah mengenal teman-teman saya meski mungkin belum pernah bertemu – saking detailnya saya cerita. Namun yang saya sesali, saya tidak melakukan hal-hal kecil bersama mama.

Ah seandainya mama masih ada, saya ingin duduk diam sambil melihat mama menikmati beragam acara televisi yang ia sukai. Saya rela cuti berhari-hari untuk mengiris aneka sayuran, bawang, cabai, dll supaya mama lebih cepat memasak. Ah, seandainya dan seandainya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Salam Kompasiana! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun