Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Awasi Anak atau Menyesal!

10 September 2014   22:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:04 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410349281556818638

[caption id="attachment_358375" align="aligncenter" width="624" caption="ilustrasi (kompas.com/Shutterstock)"][/caption]

Balita 1,5 Tahun Tewas dalam Ember

Judul berita tersebut pasti akan membuat semua ibu merinding. Meski batas usia seseorang merupakan takdir dan sudah ditentukan oleh Allah SWT jauh sebelum kita lahir, tetap saja bisa menangis guling-guling saat anak kita meninggal karena kelalaian yang sebenarnya dapat dihindari.

Berdasarkan berita di salah satu Koran lokal di Batam, balita yang bernama Alwindra Hermansia tersebut tanpa diketahui kedua orangtuanya masuk ke dalam ember yang berisi air. Ember tersebut memang disiapkan sang ibu untuk mandi Alwindra.

Bocah yang tinggal di Bengkong Swadebi, Batam tersebut tewas di dalam ember dengan posisi badan telungkup. Tak terbayang bagaimana perasaan orangtua anak tersebut saat menemukan anak yang mereka cintai meninggal karena kurang pengawasan.

Anak meninggal di dalam ember karena kurang pengawasan orangtua bukan pertama kali terjadi di Batam, awal tahun 2012 lalu juga pernah terjadi kasus serupa. Hanya saja bayi tersebut meninggal dalam ember yang berisi air bekas mengepel lantai saat sang ibu pergi ke pasar untuk berbelanja.

Saat anak berusia sembilan bulan tersebut tertidur, sang ibu pergi ke pasar. Ibu anak tersebut merasa, pasarnya sangat dekat dari rumah, anaknya juga tertidur lelap, sehingga bila anak tersebut ditinggal sebentar sendirian di rumah pasti tidak apa-apa. Tapi ternyata ada apa-apa, dan membuat ia menyesal – mungkin seumur hidup.

Selain dua kasus tersebut, beberapa waktu lalu juga ada anak yang tewas karena ditinggal sendirian di dalam rumah karena sedang tertidur lelap. Anak tersebut sebenarnya dititipkan ke neneknya, karena sang ibu sedang ada keperluan ke luar rumah, namun karena merasa si anak sedang tertidur, si nenek akhirnya mencuci baju sehingga saat terjadi kebakaran yang cukup besar anak tersebut tak terselamatkan dan tewas.

Saat membaca berita-berita tersebut saya merasa diingatkan. Bukan apa-apa, dulu saat awal-awal melahirkan dan belum ada asisten rumah tangga (sekarangpun sudah tidak ada ART, tapi dulu sempat ada =D), saya sering meninggalkan anak saya yang sedang tertidur lelap untuk membeli bakso di depan kompleks rumah, terkadang saya makan bakso tersebut di tempat bakso karena saya berasumsi, tidak mungkinanak saya bangun dalam waktu 15 menit.

Saya juga sering meninggalkan anak saya mandi sendirian di kamar mandi, karena merasa dia sudah agak besar, sudah hampir 3 tahun. Anak saya suka berendam dan bisa mandi hingga satu jam. Saat anak saya mandi, saya seolah memiliki waktu lain untuk mengerjakan hal lain tanpa kuntitan balita.

Saat anak saya tidur, terkadang saya juga meninggalkannya pergi ke pasar. Itu tadi, saya berasumsi pasar sangat dekat dari rumah, bila naik motor lumayan ngebut paling hanya 10 menit bolak balik pergi ke pasar. Pilih belanjaan 15 menit, jadi sebelum 30 menit bisa sampai rumah lagi.

Tapi setelah beragam kejadian tersebut, saya kapok lengah pada anak. Biarlah pekerjaan rumah bisa menunggu, bisa dikerjakan kapan saja. Bila tidak sempat memasak bisa beli, bila tidak sempat mencuci piring dan membereskan rumah, biar saja berantakan asal tidak terjadi apa-apa dengan anak kita.

Saat memiliki anak, mungkin harus kita ingat kuat-kuat (mengingatkan diri sendiri, karena terkadang suka lupa):


  • Jangan pernah tinggalkan anak sendirian di rumah walaupun hanya pergi lima menit, apalagi dalam keadaan rumah terkunci dan anak belum bisa membuka pintu sendiri. Saat sudah bisa membuka pintu sendiri pun bila terjadi sesuatu hal, kebakaran misalkan (amit-amit ya) belum tentu dalam keadaan panik anak bisa membuka pintu. Atau bisa saja terjadi gempa, atau gas bocor, hii jangan sampe terjadi tok..tok..tok. Anak yang meninggal karena masuk ke ember yang berisi air bekas mengepel lantai, hanya ditinggalkan oleh ibunya sekitar 15 menit.


  • Air bekas mengepel lantai atau air sisa apapun, jangan dibiarkan tergeletak begitu saja di sekitar rumah, buang segera. Kita tidak tahu apa yang akan disebabkan oleh air yang mungkin hanya beberapa liter tersebut.


  • Jangan biarkan anak ke kamar mandi sendirian. Kita tidak tahu bila ia bermain-main dengan air dan akhirnya terpleset masuk kedalam bak mandi atau ke ember besar untuk ia mandi. Dulu nenek saya yang suka bawel untuk mengawasi anak di kamar mandi, karena katanya kalau di kamar mandi suka ada setannya (hehe nasihat orang dulu). Bila kamar mandi sedang tidak digunakan, tutup rapat-rapat. Apalagi anak kecil kan biasanya hobi main air.


  • Kalau bisa jangan menempatkan akuarium di tempat yang mudah dijangkau anak. Entah berapa tahun lalu, saat saya masih tinggal di Bogor, saya sempat mendengar cerita ada anak yang meninggal karena kepalanya masuk ke akuarium. Kepalanya ada dibawah. Anak tersebut penasaran ingin memegang ikan dan akhirnya nyungsep. Kebetulan anak batita tersebut lagi-lagi abai dari pengawasan orangtuanya.


  • Bila ada galian di sekitar rumah, harus cepat-cepat ditutup. Di Batam sempat beberapa kali ada anak yang meninggal karena menyemplung ke galian tersebut yang kebetulan sudah penuh terisi air hujan. Galian itu biasanya sisa proses pembangunan rumah/ruko.


  • Sebisa mungkin dampingi anak beraktifitas. Jangan sampai ia bermain sendirian tanpa pengawasan. Jangan ditinggal tidur (ini yang kerap saya lakukan, karena sering sudah mengantuk dan anak masih ingin main).


  • Berdoa semoga hal-hal buruk dijauhkan dari kita dan anak kita.

Semoga kita bisa menjaga titipan Allah tersebut dengan baik dan benar. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Amien! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun