Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Sebuah Fragmen di Masjid

10 Mei 2021   11:58 Diperbarui: 12 Mei 2021   19:33 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah fragmen di masjid. | Gambar diambil dari ms.pngtree.com

Lalu uang Rp1.500.000 yang seharusnya untuk membeli tiket pesawat aku belikan ponsel pintar dan beberapa kebutuhan lain. Waktu itu aku berpikir agar hidupku tidak terlalu suntuk. Bila memiliki ponsel pintar, saat beristirahat di kostan, aku bisa membuka media sosial, membaca berita, atau menonton video di youtube.

Nyaris tiga tahun aku merantau di Batam. Selama ini pekerjaanku lancar-lancar saja. Habis dari proyek yang satu ke proyek yang lain. Ada saja rezekinya.

Namun, semua berubah saat pandemi Covid-19 menerpa. Ada banyak proyek pembangunan perumahan yang terpaksa diberhentikan. Kalau pun tidak berhenti mereka hanya mempertahankan segelintir tukang bangunan.

Selama dua tahun masa pandemi, aku termasuk yang beruntung. Aku masih tetap dipertahankan untuk bekerja. Namun, dua minggu lalu aku pun harus "menelan pil pahit". Aku dirumahkan dengan pesangon yang tidak seberapa karena aku memang hanya buruh bangunan lepas.

Mirisnya aku tidak punya tabungan. Uang hasil kerja seluruhnya aku serahkan ke ibu untuk mencicil utang ayah. Aku pikir, semakin cepat dilunasi semakin baik. Namun, ternyata utang belum lunas aku keburu menjadi pengangguran. Mau pulang tak punya ongkos, mau bertahan tidak juga mendapatkan pekerjaan baru.

Aku sempat mencoba menawarkan diri menjadi tukang cuci piring di beberapa warung makan dekat masjid, tetapi tidak ada yang menerima. Begitu pula saat menawarkan diri untuk menjadi pengantar air minum galon. Tidak ada agen yang bersedia mempekerjakan.

Akhirnya setelah uang upah sebagai buruh bangunan semakin menipis, aku memutuskan untuk bertahan hidup dengan menumpang di masjid. Aku sudah tidak sanggup lagi membeli makan, apalagi membayar kostan.

"Hei! Jangan banyak melamun. Jangan banyak bengong," ujar Bang Frangky mengagetkanku. "Kalau proyek malam ini sukses, nanti kamu bisa beli tiket pesawat. Kamu juga bisa bawa banyak uang ke kampung, bayar utang bapak kamu."

Aku hanya mengangguk.

***

Waktu masih menunjukkan pukul 21.00. Jamaah masjid juga masih lumayan ramai. Namun, aku memutuskan untuk segera tidur. Aku tidak mau terlambat datang menemui Bang Frangky. Ikut proyeknya yang bisa membuat aku pulang kampung dan membawa uang lumayan banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun