Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Sebuah Fragmen di Masjid

10 Mei 2021   11:58 Diperbarui: 12 Mei 2021   19:33 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah fragmen di masjid. | Gambar diambil dari ms.pngtree.com

Namun, tidak mungkin selamanya aku tinggal di masjid ini. Meski makan minumku terjamin, aku tetap butuh uang untuk biaya hidup ibu dan adikku. Belum lagi untuk membayar utang bekas biaya pengobatan ayah.

Aku juga tidak tahu, apakah pengurus masjid mengizinkanku terus tinggal di masjid ini hingga aku kembali mendapat pekerjaan, atau hanya sampai Ramadan usai. Padahal bulan suci ini akan segera berakhir dalam hitungan hari.

***

"Daripada terlunta-lunta hidup di Batam seperti ini, mending kamu pulang ke Cianjur. Nanti malam, kamu temui Abang jam 1.30 ya di tempat ini. Jangan terlambat! Nanti kita kerjakan proyeknya," ucap Bang Franky.

Aku mengenalnya dua minggu lalu saat berada di titik terendah dalam hidupku. Aku dan semua buruh bangunan yang bekerja di suatu proyek perumahan dirumahkan. Proyek bangunan yang kami kerjakan sementara distop pembangunannya. Sang pemilik kehabisan modal. Apalagi sekarang bisnis properti sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Padahal dulu sebelum pandemi menerpa, aku tinggal pilih ingin bekerja di proyek perumahan mana. Banyak yang menyukai hasil kerjaku. Rapi dan cepat. Padahal aku hanya belajar otodidak dari salah satu tukang di dekat rumahku di Cianjur. Dulu aku sering membantunya saat ia diminta membangun atau merenovasi rumah.

Saat aku putus sekolah di kelas dua SMA karena faktor biaya, si tetangga merasa kasihan. Ia lalu mengajakku membantunya saat menjadi tukang bangunan. Aku menjadi "kenek" si tetangga. Bayaranku lebih kecil, tapi alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan aku, ibu dan adikku.

Saat aku mulai mahir, ada mantan tetangga yang pindah berdomisili ke Batam mengajakku untuk menjadi tukang bangunan di sana. Ia katanya sedang ada proyek membuat pusat perbelanjaan yang cukup besar. Dengan iming-iming upah yang lebih besar dan tiket pesawat ditanggung pergi dan pulang. Aku tergiur.

Aku akhirnya merantau ke Batam. Benar, upah yang dibayarkan sangat besar untuk ukuranku. Upah itu sebagian aku gunakan untuk hidup sehari-hari, sebagian aku kirimkan ke ibu, untuk biaya sehari-hari, juga untuk mencicil utang peninggalan ayah.

Saat proyek pembangunan mall itu selesai, si tetangga memenuhi janjinya memberikan aku tiket pesawat pulang Batam-Jakarta. Namun, karena kesibukannya, saat itu ia tidak membelikan aku tiket langsung. Ia memberikan aku uang tunai sebesar Rp1.500.000. Nyaris dua kali lipat dari harga tiket.

Saat aku berniat pulang dan membeli tiket pesawat, ada mantan rekan buruh bangunan yang menawariku untuk bekerja di suatu proyek perumahan. Tanpa berpikir panjang aku menerima tawaran tersebut. Aku berpikir alhamdulillah bisa tetap mengirim ibu uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun