Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terkadang (Jangan) Abaikan Nyinyiran Tetangga

2 Mei 2021   20:05 Diperbarui: 12 Mei 2021   02:00 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membentak. (sumberThinkstock via kompas.com)

Dulu saat masih tinggal di Bogor, Jawa Barat, saya bertetangga dengan salah satu ibu-ibu yang suka berbicara ceplas-ceplos. 

Orangnya sebenarnya cukup menyenangkan. Baik pula. Hanya saja, apa yang ia pikirkan saat itu, suka ia langsung kemukakan. Tak peduli situasi dan kondisi.

Nah, sore itu, saat beberapa ibu-ibu sedang berkumpul di salah satu warung dekat rumah, lewat salah satu tetangga perempuan yang masih duduk di kelas tiga SMA. 

Saat anak itu lewat, ditengah obrolan ibu-ibu yang lumayan seru, si ibu-ibu yang suka ceplas-ceplos itu tiba-tiba langsung berteriak, "Lihat deh si xxx, perutnya buncit ya? Mirip orang hamil. Kayaknya beneran hamil deh!"

Sontak celetukan tersebut membuat semua ibu-ibu langsung memperhatikan si anak SMA itu. Beberapa ada yang membenarkan dugaan si ibu-ibu itu. 

Badan si anak SMA itu bila diperhatikan memang lebih berisi. Gemuknya beda katanya, seperti orang hamil. Namun, beberapa ada yang membantah. Pertimbangannya, anak tersebut masih SMA. Masa hamil? Walaupun saat itu sudah menjelang kelulusan.

Dilabrak Ibu Si Anak

Rumpian tersebut ternyata berbuntut panjang. Esok harinya si ibu yang suka ceplas-ceplos itu dilabrak si ibu anak SMA yang dinyinyiri. Ia tidak terima anaknya dituduh hamil. Apalagi anaknya jelas-jelas masih sekolah dan belum menikah. Peristiwa pelabrakan tersebut heboh menjadi gosip antar tetangga.

Namun, alih-alih meminta maaf, saat dilabrak, si ibu yang suka ceplas-ceplos itu malah semakin kukuh dengan tuduhannya. Ia bilang, coba tanya anaknya baik-baik. Minta anaknya mengaku bahwa ia hamil.

Entah mengapa si ibu tersebut sangat yakin kalau si anak SMA itu betul-betul hamil. Alhasil, si ibu yang anaknya masih SMA itu semakin mangkel. Semakin kesal.

Saya tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan perseteruan mereka. Namun, satu bulan kemudian, tiba-tiba ada undangan pernikahan. Ternyata itu undangan pernikahan si anak SMA yang digosipkan hamil. Saat undangan tersebut dikirim, ia sudah lulus secara resmi dari salah satu sekolah di Bogor.

Si anak yang dinyinyiri tersebut melangsungkan pernikahan yang cukup meriah. Waktu itu saya juga sempat hadir di pernikahannya. 

Lalu, satu minggu setelah menikah, ada kabar ia melahirkan. Jadi, tuduhan si ibu yang suka ceplas-ceplos itu memang betul. Saya sampai bertanya-tanya, kok bisa ya dia tahu kalau anak itu hamil?

Saat di acara pernikahan si anak itu, saya sempat memperhatikan postur tubuh si anak, tetapi tidak melihat keanehan. 

Gemuk memang, tetapi tidak terlihat seperti orang hamil, Anak tersebut memang sejak kecil memiliki postur tubuh yang bulat berisi. Entahlah, mungkin karena waktu itu saya juga belum menikah. Masih kuliah. Jadi tidak bisa membedakan antara postur orang hamil dan tidak.

Sebaiknya Berkata Baik, atau Diam

Gambar diambil dari longevitylive.com
Gambar diambil dari longevitylive.com
Ibu yang suka ceplas-ceplos itu mungkn benar. Namun, sangat disayangkan mengapa harus sampai berteriak di depan banyak orang. Seharusnya, saat melihat anak itu melintas dan curiga ia hamil, sebaiknya diam saja. Tidak usah berkata apa pun.

Bila memang merasa peduli sebagai tetangga, sebaiknya datangi orang tuanya secara pribadi. Bilang baik-baik. Usahakan cari kata-kata yang tepat sehingga si orang tua tidak merasa tersinggung. Terkadang walaupun kita menyampaikan fakta, tetap ada yang suka tidak terima.

Selidiki Dulu, Marah Kemudian

Buat yang dinyinyiri, sebaiknya tahan emosi dulu. Jangan langsung melabrak si tetangga. Sebaiknya cari kebenarannya dulu, siapa tahu tuduhan si tetangga memang betul, kan? Nanti, main labrak, ternyata tuduhannya betul malah semakin malu kan. Semakin digosipkan tetangga.

Ah, hidup bertetangga terkadang memang suka lebih seru dari cerita opera sabun hehe. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun