Si anak yang dinyinyiri tersebut melangsungkan pernikahan yang cukup meriah. Waktu itu saya juga sempat hadir di pernikahannya.Â
Lalu, satu minggu setelah menikah, ada kabar ia melahirkan. Jadi, tuduhan si ibu yang suka ceplas-ceplos itu memang betul. Saya sampai bertanya-tanya, kok bisa ya dia tahu kalau anak itu hamil?
Saat di acara pernikahan si anak itu, saya sempat memperhatikan postur tubuh si anak, tetapi tidak melihat keanehan.Â
Gemuk memang, tetapi tidak terlihat seperti orang hamil, Anak tersebut memang sejak kecil memiliki postur tubuh yang bulat berisi. Entahlah, mungkin karena waktu itu saya juga belum menikah. Masih kuliah. Jadi tidak bisa membedakan antara postur orang hamil dan tidak.
Sebaiknya Berkata Baik, atau Diam
Bila memang merasa peduli sebagai tetangga, sebaiknya datangi orang tuanya secara pribadi. Bilang baik-baik. Usahakan cari kata-kata yang tepat sehingga si orang tua tidak merasa tersinggung. Terkadang walaupun kita menyampaikan fakta, tetap ada yang suka tidak terima.
Selidiki Dulu, Marah Kemudian
Buat yang dinyinyiri, sebaiknya tahan emosi dulu. Jangan langsung melabrak si tetangga. Sebaiknya cari kebenarannya dulu, siapa tahu tuduhan si tetangga memang betul, kan? Nanti, main labrak, ternyata tuduhannya betul malah semakin malu kan. Semakin digosipkan tetangga.
Ah, hidup bertetangga terkadang memang suka lebih seru dari cerita opera sabun hehe. Salam Kompasiana! (*)