Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Contohkan, Cara Terbaik Mengajari Anak Beribadah

2 Mei 2021   13:34 Diperbarui: 2 Mei 2021   13:35 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them. (James Baldwin)

Ibadah apapun, termasuk ibadah di Bulan Ramadan, sebenarnya tidak harus diajarkan dan diperkenalkan secara khusus kepada anak. Cukup kita sebagai orang tua melakukannya dengan sepenuh hati, nanti anak akan ikut sendiri.

Benar, kata James Baldwin yang saya kutip di paragraf pembuka, anak-anak mungkin tidak ahli mendengarkan petuah dari orang yang lebih tua, tetapi anak-anak tidak pernah gagal meniru perilaku mereka.

Anak Itu Meniru Orang Tua

Anak sulung saya suka ikut sahur sejak usia dua tahun. Ia bangun begitu saja tanpa saya bangunkan. Melihat saya dan suami makan, ia juga minta ikut makan. Kalau ikut-ikutan berpuasa sejak usia tiga tahun. Namun, ya gitu. Puasa main-main. Kalau lapar dan haus dia makan dan minum, habis itu dia katanya puasa lagi. Lapar dan haus, makan dan minum lagi, nanti dia puasa lagi. Begitu terus hehe.

Cara terbaik mengajari anak beribadah adalah dicontohkan secara langsung oleh kita sebagai orangtua. Tanpa diajak atau disuruh pun, nanti mereka ikut sendiri. | Dokumentasi Pribadi
Cara terbaik mengajari anak beribadah adalah dicontohkan secara langsung oleh kita sebagai orangtua. Tanpa diajak atau disuruh pun, nanti mereka ikut sendiri. | Dokumentasi Pribadi
Ia baru benar-benar serius puasa Ramadan saat duduk di TK A. Usia empat tahun lebih. Itu pun masih setengah hari. Sebab, terkadang sahurnya itu ogah-ogahan. Saat duduk di TK B baru mulai belajar berpuasa penuh dari terbit fajar hingga tenggelam matahari. Namun, tidak setiap hari.

Terkadang hari ini berpuasa satu hari penuh, besoknya berpuasa hingga adzan dzuhur atau ashar. Lusanya berpuasa lagi satu hari penuh, besoknya berpuasa hanya setengah hari. Semampunya saja. Begitu terus.  Ia mulai berpuasa satu hari penuh selama satu bulan saat duduk di kelas satu SD.

Awalnya saya tidak mengajarkan anak sulung saya untuk berpuasa. Tidak juga memintanya untuk berpuasa. Ia ikut-ikutan berpuasa begitu saja. Namun secara bertahap, setelah anak saya dinilai cukup paham, saya mulai menjelaskan kalau berpuasa itu harus begini, harus begitu, tidak boleh begini, tidak boleh begitu.

Untuk tahap awal, biarkan anak berpuasa semampunya. | Dokumentasi Pribadi
Untuk tahap awal, biarkan anak berpuasa semampunya. | Dokumentasi Pribadi
Nah, begitu juga dengan salat, baik salat wajib maupun sunah. Awalnya saya tidak pernah mengajarkan secara khusus. Saya juga tidak pernah mengajak anak untuk ikut salat. Namun, saya memang suka salat di depan anak saya. Jadi lama-lama ia ikutan salat juga. Awalnya hanya melihat, lama-lama ikut gerakannya. Apalagi setelah dibelikan mukena.

Saat salat tarawih, Idulfitri, Iduladha pun demikian, awalnya saat usianya masih terlalu kecil hanya duduk di samping saya. Kebetulan untuk ketiga salat tersebut saya biasanya salat di masjid dekat rumah. Apalagi sebelum pandemi Covid-19. Setelah usianya beranjak lebih besar, ia ikutan salat tanpa diminta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun