Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Idulfitri ala Batam, Shalat di Lapangan hingga Dapat "Salam Tempel" Dolar Singapura

14 Juni 2018   11:59 Diperbarui: 14 Juni 2018   23:28 3529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi

Idulfitri selalu disambut gegap gempita oleh seluruh umat muslim. Begitu pula oleh masyarakat Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau. Jika tidak hujan, penduduk pulau yang hanya sepelemparan batu dari Singapura itu selalu merayakan Idulfitri di Lapangan Indera Sakti yang letaknya persis di pusat pulau.

Kami melakukan shalat Idulfitri di lapangan terbuka yang luasnya hampir dua kali lipat dari lapangan sepak bola. Masjid-masjid untuk sementara "diistirahatkan" karena seluruh rangkaian kegiatan Idulfitri diadakan di lapangan tersebut. Bukan, bukan tidak menghormati masjid, namun lebih kepada kebersamaan.

Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Masjid di Belakangpadang umumnya tidak terlalu besar, meski jumlahnya cukup banyak. Bila memaksakan melaksanakan shalat Idulfitri di masjid, dikhawatirkan ada beberapa jamaah yang tidak kebagian tempat. Terlebih setiap hari raya banyak warga yang merantau pulang ke pulau yang habis dikelilingi oleh sepeda motor dalam jangka waktu 15 hingga 30 menit tersebut.

Meski tidak khawatir tidak kebagian tempat, saya dan keluarga biasanya berangkat lebih cepat untuk melaksanakan shalat sunnah satu kali dalam satu tahun tersebut. Sebelum fajar kami sudah berangkat. Maklum jarak dari rumah nenek mertua ke lapangan tersebut cukup jauh.

Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Sebenarnya bila menggunakan sepeda motor atau becak dapat ditempuh kurang dari 10 menit. Namun masalahnya tukang becak tidak ada yang beroperasi menjelang shalat Ied, sementara sepeda motor yang dimiliki nenek mertua dan beberapa kerabat juga terbatas. Sehingga, kami lebih memilih berjalan kaki.

Jamaah yang memilih berjalan kaki usai shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Jamaah yang memilih berjalan kaki usai shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Shalat Idulfitri di lapangan tersebut biasanya berlangsung sedikit lebih lama. Usai shalat, ada tausyiah yang disampaikan oleh salah satu ulama. Selain itu ada beberapa pengumuman penting yang disampaikan oleh tokoh masyarakat maupun pengurus masjid. Salah satunya adalah jumlah infaq dan shadaqoh yang diterima hingga menjelang Idulfitri. Berapa dana yang sudah disalurkan, dan berapa yang masih tersisa.

Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Suasana shalat Idulfitri di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Sebelum membubarkan diri, kami saling bersalaman dengan sesama jamaah, meminta saling memaafkan. Lokasi shalat Idulfitri yang terpusat di satu tempat, sangat memudahkan kami untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Meski nanti setelah matahari sedikit meninggi, kami tetap saling berkunjung ke rumah masing-masing.

Sungkeman dan makan Bersama
Usai shalat Idulfitri, keluarga besar suami biasanya berkumpul di rumah nenek mertua. Kami mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh kakek mertua. Setelah itu saling sungkem kepada nggota keluarga yang lebih tua. Usai sungkeman kami lalu makan bersama, menikmati aneka hidangan lebaran yang sudah disiapkan di meja makan.

Ayo makan. | Dokumentasi Pribadi
Ayo makan. | Dokumentasi Pribadi
Usai makan, kami mengobrol ringan sambil membagikan "salam tempel" yang dimasukan dalam amplop kecil. Biasanya salam tempel tersebut dibagikan oleh pasangan yang sudah menikah kepada anak-anak yang belum bekerja. Nominalnya berbeda-beda, tergantung dari usia anak dan siapa yang memberi.

Bila ada anggota keluarga yang berhalangan hadir ikut doa bersama, biasanya "salam" tempel itu dibagikan saat anggota keluarga tersebut bertemu dengan si anak. Terkadang juga baru diberikan saat si anggota keluarga akan pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan nenek dan kakek mertua hanya tinggal berdua, keluarga yang lain tinggal berbeda rumah, bahkan pulau.

Sungkeman, salah satu kegiatan wajib. | Dokumentasi Pribadi
Sungkeman, salah satu kegiatan wajib. | Dokumentasi Pribadi
Usai sungkeman dan menikmati hidangan hari raya, beberapa anggota keluarga biasanya menyebar bersilaturahmi dengan kerabat dan tetangga. Kami duduk sebentar, mencicip aneka hidangan, setelah itu berpindah ke rumah yang lain. Biasanya hal tersebut dilakukan secara bergantian. Bila kami berkunjung ke rumah tetangga tersebut pagi menjelang siang, nanti tetangga berkunjung siang menjelang sore.

Dapat "salam tempel" dolar Singapura
Sebelum ada aturan untuk menggunakan rupiah di wilayah Indonesia, dulu tidak sedikit warga Belakangpadang yang memberikan "salam tempel" berupa dolar Singapura kepada anak-anak yang berkunjung saat open house. Biasanya uang kertas pecahan satu atau dua dollar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun