Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Zaman ke Zaman, Buku Selalu Istimewa

4 Januari 2021   19:26 Diperbarui: 4 Januari 2021   20:57 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: dokumen pribadi)

Revolusi peradaban pertama dan terbesar dalam sejarah manusia adalah terbentuknya bahasa. Revolusi kedua terbesar adalah diciptakannya aksara. Terciptanya mesin cetak pada abad ke-15 merupakan revolusi susulan, demikan mengutip artikel Ariel Heryanto berjudul Huruf demi Huruf, dalam buku bunga rampai berjudul Bukuku Kakiku, terbitan Gramedia pada 2004.

Buku adalah jendela dunia. Setiap kali membukanya, tambahlah pengetahuan kita. Buku juga guru, yang dengan suka rela kita mengikuti arahannya, ketika dengan perasaan gembira, mata membelalak, kita kagum akan kedalaman hikmatnya.

Membaca buku memberikan pengaruh kuat terhadap perkembangan minat seseorang, berpengaruh atas keputusan seseorang untuk selanjutnya memilih karir, bahkan arah jalan hidup.

Bukuku Kakiku total merangkum 22 artikel dari sosok intelektual atau cendekiawan Indonesia dari berbagai bidang profesi. Mulai akademisi, rohaniwan, budayawan, peneliti, ekonom, jurnalis, hakim, musisi, sampai atlet, terkait pengalaman mereka terhadap kegiatan membaca buku-buku yang telah mengakar dan membudaya.

Kisah-kisah mereka yang sebagian lahir sebelum kemerdekaan sungguh menarik, inspiratif, dan memukau menguraikan bagaimana mula dan akhirnya mencintai buku-buku.

Mari kita renungkan prinsip Daoed Joesoef, bahwa membaca dan menulis bukan lagi merupakan suatu hobi tapi sudah menjadi sebuah kebutuhan, sama dan sederajat dengan kebutuhan akan makan dan minum. Kalau kegiatan membaca itu tidak ada gunanya, mustahil Tuhan menyuruh Nabi menyerukan Iqra.

Frans Magnis Suseno, dalam artikelnya yang metafora, Bukuku Surgaku, menulis bawa membaca tidak hanya memperluas cakrawala, melainkan juga merupakan pelepasan emosional dan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan.

Membaca membuat melihat dunia, berfantasi, bersemangat untuk melakukan sesuatu. Ia mengaku sejak lama frustrasi terbesarnya adalah tidak lagi mempunyai cukup waktu untuk membaca secukupnya, karena begitu banyak terikat pada kegiatan-kegiatan administratif.

Azyumardi Azra juga membagikan pengalaman bagaimana produktif menulis dan menjadi narasumber dengan lugas, pendekatan historis, berpijak pada data, yang kemudian dilandasi atau diperkaya kerangka (framework) dan teori-teori ilmu sosial dan humaniora, bukan bersifat spekulatif dan reflektif semata-mata. Semuanya karena membaca ragam buku dengan tepat.

Benjamin Mangkoedilaga, hakim yang disegani bercerita bahwa pengetahuan dan ilmu yang kita peroleh, terutama melalui pendidikan formal, selalu terasa tidak memadai. Kebiasaan membaca membawa kepada luasnya cakrawala pengetahuan.

Benjamin yang dikenal tanpa kompromi gemar membaca buku yang memuat bermacam pikiran yang 'berseberangan' dengan penguasa, yang memuat pikiran-pikiran the other side atau the oppsite dari pemerintah; membawa pada pemikiran yang selalu seimbang, suatu jalan pikir yang harus dimiliki oleh seorang hakim atau dosen yang profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun