Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sepanjang Usia bersama Sepeda

20 Agustus 2020   11:05 Diperbarui: 20 Agustus 2020   11:02 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pandemi korona, membuat tren bersepeda meledak lagi. Jalan-jalan penuh dengan orang menggowes sepeda kesayangannya. Catatan ini tentang pengalaman pribadi dengan sepeda.

Saat kanak-kanak usia lima atau enam tahun, pertama kali belajar mengendarai sepeda, walaupun melalui tahapan bersepeda roda samping lebih dahulu. Saya masih ingat dengan baik sekitar 30 tahun lalu, ketika ayah membawa saya ke toko sepeda yang berderetan di jalan Kalimantan, kawasan pusat penjualan sepeda di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Rasanya segala jenis sepeda ada di sana. Mulai sepeda balita, sepeda anak, sepeda BMX, sepeda jalan raya, sepeda gunung, dan sebagainya. Ayah memberikan saya kebebasan untuk memilih sepeda dan warna apa yang saya suka. 

Sampai kemudian pilihan saya jatuh ke sepeda BMX warna merah darah, lalu memboyongnya pulang ke rumah. Beberapa tahun kemudian saat sekolah SMP, ayah membelikan saya sepeda gunung merk Mustang, yang populer pada awal dekade 1990-an.

Sepeda yang dibelikan ayah menjadi barang terbaik dan termahal yang saya punya saat itu. Saat SMP, saya ingin bersepeda ke sekolah yang jaraknya 7 kilo meter, namun ayah tidak mengizinkan karena faktor keselamatan. Saya pun jadi iri melihat teman-teman yang ke sekolah menunggang sepeda waktu itu.

Tapi ayah membolehkan saya bersepeda saat pergi kursus. Ada pengalaman tak terlupakan momen ini. Di tempat kursus sepeda saya 'hilang' dari parkiran. Saya kaget, bingung dan tak berpikir jernih, sampai tidak sempat menanyakan pada penjaga keamanan.

Saya mengetahui pencurian sepeda di tempat kursus adalah hal yang biasa terjadi. Saya justru mencarinya di kawasan penjualan sepeda bekas di perempatan jalan Cenderawasih sekitar Stadion Mattoanging. Dulu kawasan itu dikenal banyak transaksi penjualan sepeda hasil curian. Hasilnya: nihil. Tak ada jejak sepeda saya di sana.

Dua hingga tiga bulan berlalu tanpa sepeda. Rupanya sepeda saya tidak dicuri. Pihak security tempat kursus hanya memindahkan sepeda itu ke tempat lebih aman dari pengawasan karena ia melihat sepeda saya tidak terkunci. 

Kehilangan sepeda yang merupakan barang terbaik  adalah mengecewakan, namun menemukan kembali sepeda yang sudah kita anggap hilang itu rasa senangnya dobel. Luar biasa. 

Sampai pada akhirnya beberapa tahun kemudian sepeda itu benar-benar hilang di halaman rumah digondol maling. Belakangan saya diberitahu siapa pelaku yang mencuri sepeda saya. Ia adalah orang yang saya kenal tinggal satu kompleks, tapi ia memang berprofesi demikian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun