Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Malam Kemenangan Mavericks

13 Juni 2020   12:28 Diperbarui: 14 Juni 2020   00:05 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: https://id.pinterest.com/)

Hari ini saya ingin mengenang satu malam luar biasa menjadi penggemar Bola Basket yang ikut merayakan pesta kemenangan Dallas Mavericks menjuarai NBA 2011, kompetisi paling prestise sejagad. Tepat hari ini sembilan tahun yang lalu.

***
Sudah lama sekali saya tidak bermain Basket, tapi saya tak pernah berhenti mengikuti perkembangan olahraga populer di Amerika Serikat, negara Paman Sam ini.

Masa sekolah saya, seragam putih biru dan putih abu-abu, hampir mustahil menandingi popularitas permainan basket saat itu. Sekolah kita dianggap ketinggalan jika tidak mengirim tim bertanding di turnamen antar sekolah. Saat ini, mungkin sejak berganti milenium, Basket mulai tersaingi dengan fenomena Futsal, urban sport.

Kadar kegemaran terhadap Basket saat itu tidak sekadar bermain, kami semua sudah memiliki tim jagoan di NBA, kompetisi impian pebasket dari segala penjuru dunia.

Saya masih ingat ngefans dengan klub Orlando Magic yang diperkuat duet newstar center Shaquille O' Neal dan point guard Anferneey Hardawaay. Duet ini muncul saat legenda Michael Jordan tiba-tiba mundur pada 1994, saat penampilannya masih di puncak. Sayang duet ini belum mampu meraih cincin juara pada1995, ketika itu meski diunggulkan di final, Magic dihajar 0-4 tanpa balas oleh Houston Rockets yang mengandalkan Hakeem Olajuwon dan Clide Drexler.

Musim berikutnya, Jordan come back, dan membuat NBA kembali booming. Itu pula menandai golden era part II Chicago Bulls. Bulls saat itu diperkuat Jordan, Pippen, dan 'Badboy' si raja rebound Dennis Roodman dengan pelatih kawakan Phil Jackso. Bulls tak tertahankan meraih hettrick (1996-1998). 

Di final Bulls mengalahkan Seattle Supersonic dan kemudian dua kali mempecundangi Utah Jazz yang dimotori Jhon Stockton dan Karl "Post" Malone. Duet sehati itu kemudian pensiun dari NBA tanpa pernah meraih juara, dan saya dapat merasakan kepahitan dan berempati pada Jhon dan Karl.

Paska meraih cincin juara ke-6 Bulls, "air' Jordan kembali memutuskan berhenti dari olahraga yang membuatnya menjadi atlet terkaya sejagad bertahun-tahun. NBA kembali lesu dan berharap menemukan baby Jordan untuk mendongkrak rating televisi yang anjlok. Beberapa bintang kemudian mengorbit, sebut saja Kobe Bryant, Le Broon James, Tim Duncan, dan sebagainya, namun belum bisa mengangkat citra NBA seperti sedia kala.

Saya juga relatif datar mengikuti persaingan ketat di NBA karena tidak memiliki tim jagoan lagi. Hingga akhirnya pada awal milenium saya memutuskan menjadi penggemar berat klub Dallas Mavericks, sampai sekarang.

Alasan yang sangat lucu dan unik mengapa saya menggemari tim dari negara bagian Texas, lokasi penembakan Presiden Kennedy pada 1963. Alasan pertama bukan karena pebasket idola saya bermain di sana atau juga bukan karena gaya bermain yang buatku terpesona. Saat itu hanya satu alasan: owner klub yang berlogo kuda laut ini bernama Mark Cuban. 

Cuban adalah entrepreneur, miliuner muda paling sukses di AS. Jejak dan gaya pria flamboyan ini membuat saya langsung senang memiliki nama akrab 'Cuba'. Saya sampai sekarang masih heran, hanya karena si-owner namanya mirip, saya bisa langsung jadi fans berat Mavs. Bahkan melebihi dulu kecintaan saat saya mendukung Orlando Magic. Demikianlah cinta dan benci bisa datang dari mana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun