Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ideologi Indonesia adalah Pancasila

1 Juni 2020   17:12 Diperbarui: 1 Juni 2020   17:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mempertahankan negara adalah suatu kewajiban; meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah keharusan yang tak bisa diabaikan; serta mencerdaskan kehidupan bangsa adalah kewajiban mutlak. Semuanya merupakan janji kemerdekaan yang tak pernah selesai.

Kemerderkaan Indonesia bukanlah pemberian atah hadiah dari penjajah, melainkan hasil perjuangan panjang bangsa. Kita sama-sama mengetahui hampir 75 tahun telah berjalan ketika batas sejarah dibuat dan diproklamirkan oleh duet Sukarno dan Hatta.

Hari-hari paska kemerdekaan itu, Bangsa Indonesia masih menghadapi rintangan, halangan, dan ragam tantangan. Sejarah telah merekam jejak peristiwa jatuh bangun sebagai bangsa. Sari zaman revolusi, Orde Lama, Orde Baru, dan saat ini Reformasi yang ditandai multi aspek: ekonomi, politik, kepemimpinan, budaya, dan sebagainya.

Sesungguhnya musuh terbesar bangsa kita adalah dari dalam negeri sendiri yang menggerogoti bangsanya sendiri, menikmati dengan serakah kekayaan melimpah yang kita miliki, seperti yang pernah dikatakan dengan lantang oleh Bapak Bangsa, Bung Karno : "Perjuanganku lebih muda karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan jauh lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

****

Kemajuan suatu negara pada dasarnya terletak pada kualitas sumber daya manusia yang tidak bisa dilepaskan dari nila-nilai tradisionalnya, dengan terus menggali kekayaan lokal dan memanfatkan potensinya.

Lantas, kenapa kita cenderung meninggalkan keluhuran bangsa sendiri, yakni PANCASILA.

Demikan faktanya dalam kehidupan kita sehari-hari, segala lapisan masyarakat banyak telah melupakan lima asas dasar negara kita tersebut, kalaupun ada yang masih mengingatnya, relatif memahami PANCASILA hanya aspek sejarah dan sisi luarnya saja, padahal masih banyak yang dapat digali lebih dalam dari nilai-nilai PANCASILA.

Terdapat juga kekeliruan pola pikir dalam mengimplementasikan PANCASILA. Banyak yang menilai PANCASILA sebagai ideologi bangsa hendaknya disakralkan bahkan dikeramatkan, padahal esensinya ideologi tersebut diaktualisasikan secara terus menerus sebagai ideologi yang berproses.

Hal itu terjadi karena PANCASILA bagi sebagian masyarakat baru sebatas hal yang mempengaruhi pola perasaan (pattern of feeling) dan pola pikir (pattern of thinking), tapi belum sampai kepada perilaku keseharian atau pola perilaku (pattern of action).

Kita mungkin lupa dan tidak menyadari bahwa nilai-nilai dasar tersebut semakin lama semakin terpinggirkan oleh ideologi asing dengan nilai-nilai modern yang terkadang tidak sesuai dengan semangat ke Indonesiaan, sehingga dengan mudahnya melupakan nilai-nilai jati diri bangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun