Mohon tunggu...
Cu Gaf
Cu Gaf Mohon Tunggu... -

orang kampung yang ingin melihat luas dan indahnya dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesantren Ramadhan di Dusun Kecil

20 Agustus 2010   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:51 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dusun Uway yang terletak di Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar Provinsi Riauadalah salah satu dusun dari sekian banyak dusun kecil yang ada di provinsi Riau. Dengan penduduk sebahagian besar bermata pencaharian petani dan penyadap karet, dusun ini terlihat bersahaja seperti banyak dusun di sekitarnya. Pada hari-hari biasa tidak ada yang istimewa dari dusun kecil ini. Tapi apabila ramadhan tiba, ada hal yang terasa berbeda dibandingkan dengan dusun-dusun lain yang ada di sekitarnya.

Jadi apa yang membuat berbeda di dusun itu di malam-malam ramadhan !

Surau itu terletak di pinggir jalan utama yang menghubungkan desa dan dusun yang ada di Kecamatan Bangkinang Seberang. Jika kita lewat pada malam hari antara jam 7 sampai jam 9 malam, maka kita akan melihat surau itu penuh oleh ratusan anak-anak berumur dari 4 sampai 13 tahun.

Apa yang anak-anak itu lakukan !

Penduduk disitu menyebutnya pesantren ramadhan, ada juga yang menyebut pesantren kilat atau didikan ramadhan dan banyak lagi nama lainnya. Tapi yang paling sering disebut adalah pesantren ramdhan. Kegiatan ini telah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya yang diadakan setiap ramadhan selama sebulan penuh. Anak-anak ini mendapatkan pengetahuan agama seperti bagaimana shalat yang benar, bagaimana cara berpuasa, berwudu, hapalan do`a-do`a. selain itu mereka juga diajarkan bagaimana menjadi pembawa acara yang baik, diberi ceramah tentang suri tauladan nabi dan rasul dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Penyampaian materi dilakukan dengan pendekatan yang diatur sedemikian rupa sehingga anak-anak itu akan merasa rugi apabila tidak datang setiap malam.

Lalu, bagaimana mengorganisasikannya !

Seminggu sebelum ramadhan, ketua pemuda di dusun tersebut memilih pemuda dan pemudi terbaik dari dusun tersebut. Biasanya jumlahnya sekitar dua puluhan orang dengan komposisi yang berimbang antara pemuda dan pemudinya. Tidak sembarang orang yang dipilih untuk menjadi Pembina anak-anak tersebut. Mereka haruslah mempunyai kelakuan yang baik di masyarakat, diutamakan tamatan pesantren atau yang sudah berada pada tahun terakhir. Persyaratan lainnya menyayangi anak-anak.

[caption id="attachment_233428" align="alignleft" width="300" caption="dokument pribadi"][/caption]

Bagi yang menempuh pendidikan jalur umum tetap bisa menjadi Pembina disana, tapi haruslah orang yang berprestasi dan tentu saja baik budi pekertinya. Ada juga 3 sampai lima orang sarjana agama sebagai senior mereka untuk mengawasi Pembina-pembina tersebut dalam menjalankan tugasnya. Mereka ini akan dibagi menjadi grup yang terdiri dari 4 sampai 6 orang. Setiap malamnya setiap grup akan menjadi Pembina secara bergiliran, dimana pada setiap minggu malam seluruh Pembina akan berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan selama 6 malam yang lalu.

Kejadian lucu !

Yang namanya membina anak-anak pastilah banyak kesukarannya. Tapi jika kita tahu seni pendekatan kepada anak-anak, maka akan terasa nikmatnya berbagi ilmu dan bermain denganmereka. Pada suatu malam ada kejadian lucu.

Seorang anak yang baru berumur 5 tahun ketika sedang shalat isya berjama`ah tiba-tiba saja berdiri dan menghampiri salah seorang Pembina. Dia minta di antarkan pulang, dengan heran si Pembina menanyakan kenapa!

Si anak lalu menunjukkan celananya yang sudah basah, owalaaaah ternyata dia pipis di celana. Dengan tersenyum sipembina membawa anak tu keluar dan mengantarkannya kerumah. Pembina yang lain membersihkan lantai yang terkena pipis tersebut. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian ceramah. Eh, tak berapa lama si anak datang lagi bersama si Pembina dengan celana yang sudah diganti. Dengan perasaan tanpa bersalah dia langsung mencari tempat yang kosong untuk mendengarkan ceramah. Banyak Pembina yang heran melihat tingkah anak tersebut.

Menjelang pulang seorang pembina secara iseng bertanya kepada anak itu!

Wahyu (nama anak itu)! Kenapa kamu kok balik lagi kesurau, kami tidak marah kok kalau kamu tidak balik lagi kesini?

Dengan polos si anak menjawab, saya takut ketinggalan ceramah. Saya ingin menjadi anak teladan katanya.

Apa output dari kegiatan ini?

Ouputnya banyak sekali tentunya, misalnya ; jika dibandingkan dengan kita orang dewasa, mungkin anak-anak yang polos itu lebih banyak menghapal do`a-doa. Mungkin cara shalatnya juga lebih baik mereka dari kita. Selain itu, dengan dibinanya anak-anak tadi di suatu tempat yang terpisah dari para orang tua yang melaksanakan shalat berjama`ah di mesjid maka para orang tua akan merasa nyaman dan lebih khusuk melaksanakan shalat tanpa di ganggu keributan anak-anak.

Apa yang memotivasi anak-anak itu untuk betah belajar di surau selama ramadhan ?

Untuk memotivasi anak-anak tersebut maka tujuh hari menjelang lebaran, diadakanlah berbagai macam pertandingan. Diantaranya pertandingan hapal do`a, shalat berjama`ah, pemilihan anak teladan yang biasanya diatur sedemikian rupa sehingga terasa adil bagimereka. Dengan adanya pertandingan-pertandingan itu, mereka merasa termotivasi untuk menjadi juara.

Bukan hadiahnya yang menjadi motivasi mereka, lalu apa!

Pembagian hadiah bagi pemenang diberikan pada malam lebaran. Setelah shalat isya berjama`ah anak-anak ini melakukan pawai obor sambil takbiran mengelilingi kampong yang di akhir di surau tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian hadiah bagi santri berprestasi atau yang menang lomba. Disinilah rupanya letak kebanggaan mereka. Ternyata pada pembagian hadiah ini, para orang tua santri diundang untuk datang menyaksikan putra-putri mereka menerima hasil didikan selama sebulan penuh itu. Tentu saja bagi yang juara akan merasa sangat senang dan bangga, apalagi orang tuanya. Bagi yang nakal tentu saja mereka tidak berani datang pada malam itu, karena Pembina secara fair juga akan mengumumkan nama-nama mereka yang nakal. Tapi itu tidak dengan terlalu serius, pasti dengan secara bercanda agar siorang tua dan anak tidak terlalu malu.

Reward ke Pembina?

Jangan disangka para Pembina itu menerima gaji atau semacamnya dari masyarakat, apalagi dari pemerintah. Mereka itu ternyata melakukan itu lillahita`ala (ihklas karena allah). Mereka akan merasa bangga apabila terpilih menjadi Pembina disana. Karena mereka dulunya juga pernah dibina dan merasakan hal yang seperti itu (semangat berbagi).

Apa prestasi dari kegiatan ini?

Prestasi secara langsung memang tidak banyak, tapi minimal anak –anak ini selalu mendapat juara apabila mengikuti pertandingan do`a, pidato, ceramah dan lainnya yang diadakan antar dusun baik tingkat kelurahan maupun tingkat kecamatan. Tapi prestasi yang lebih membanggakan lagi adalah pengakuan dari masyarakat dari dusun lain bahkan dari berbagai pejabat pemda baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi. Bahwa satu-satunya pesantren ramdhan yang membina anak-anak usia dini ynag dilakukan secara penuh setiap tahun selama satu bulan hanya ada di dusun Uway tersebut.

Lalu bagaimana di tempat anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun