Mohon tunggu...
Mario Santana
Mario Santana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika SBY Memupuk Toleransi dan Perdamaian

28 Desember 2017   21:19 Diperbarui: 28 Desember 2017   21:38 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara dengan kaya dengan ras, etnis, agama dan suku bangsa. Maka tak salah jika semboyan Bhinneka Tunggal Ika terus bergelora di pelosok negeri ini. Semboyan yang ada pada kitab Sutasoma karya Mpu Tantular tersebut mampu menjaga anak-anak bangsa hidup berdampingan hingga saat ini.

Kemudian, banyak negara lain yang menjadikan Indonesia sebagai contoh untuk menciptakan kerukunan di tengah-tengah perbedaan tersebut. Bangsa lain juga heran kenapa Indonesia mampu survive di tengah kondisi tersebut.

Gejolak dan konflik tentu tak bisa dihindari. Tak terhitung konflik yang berkecamuk di tanah ibu pertiwi. Lantas, kemudian ada satu yang bisa mempersatukan kita semua, yaitu kesadaran sebagai bagian dari Indonesia.

Dalam kasus ini, kemudian dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang bisa tampil di hadapan jutaan masyarakat. Ia harus cakap dan terampil dalam mengambil keputusan sehingga keharmonisan tetap terjaga.

Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono mampu ciptakan perdamaian di tanah ibu pertiwi meski tantangan dan konflik pernah mendera. SBY merupakan ahli strategi. Setiap keputusannya harus berdasarkan kecermatan dan hasil pemikiran yang matang. Ia tentu tidak mau gegabah dengan bersikap tegas namun kebablasan. Ia juga tidak mau ada darah yang harus dikorbankan dalam penyelesaiannya. Diplomasi dan dialog terus ia kedepankan.

Kita ambil contoh dalam penyelesaian Gerakan Aceh Merdeka. Saat itu, SBY terus ditekan untuk bergerak cepat. Publik juga merasa apa yang dilakukan SBY untuk berdialog tidak kunjung membuahkan hasil.

SBY mengerti hal itu. Namun, ada satu hal yang soroti, yakni berkurangnya anak bangsa yang dikorbankan. Ada cara lain yakni diplomasi dan dialog yang berkelanjutan.

Alhasil, masalah GAM mampu diatasi dengan dialog, tanpa harus terjadi pertumpahan darah. Pemerintah Indonesia dan petinggi Gerakan Aceh Merdeka menandatangani perjanjian Helsinki. Melalui perjanjian yang diteken pada 15 Agustus 2005 itu kedua pihak sepakat mengakhiri konflik yang selama ini terjadi di Tanah Rencong tersebut.

Stigma yang melekat bahwa Aceh tak lagi aman ternyata salah besar. Rakyat Aceh mengaku aman setelah perjanjian ditandatangani.

Keberhasilan SBY tersebut membawanya masuk dalam nominasi peraih penghargaan Nobel Perdamaian. Salah satu penghargaan prestisius bagi mereka yang turut andil dalam menciptakan perdamaian di dunia.

Pada Mei 2013, SBY meraih penghargaan World Statesman Award 2013 dari Appeal of Conscience Foundation, atas jasa-jasanyadalam meningkatkan perdamaian, toleransi beragama dan menyelesaikan konflik antaretnik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun