Mohon tunggu...
Christine Setyadi
Christine Setyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - a mother of two yang lagi bucin dengan kisah-kisah sejarah

to write is to heal and empower.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Kreatif Mengajarkan Anak Membaca dan Menulis

9 Desember 2019   15:08 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi orangtua, pasti ada masanya harus mengajarkan anak membaca dan menulis. Biasanya, orangtua cenderung mengikuti cara guru di sekolah mengajar. Jika di sekolah guru meminta murid untuk menulis ulang sebanyak 1 halaman sebuah kalimat "Ani sedang menyapu," orangtua cenderung meniru hal yang sama. Orangtua juga cenderung merasa cukup saat anak sudah bisa menyelesaikan pekerjaan menyalin atau mampu membaca bacaan yang diberikan guru sebagai pekerjaan rumah.

Sebenarnya, ada banyak cara kreatif untuk mengajarkan anak membaca dan menulis. Kreatif bukan untuk sekedar kreatif, tetapi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih dinamis, yang terkait dengan kehidupan sehari-hari anak. Dan bahkan mampu mengoptimalkan kemampuan membaca dan menulis anak.

Berikut adalah beberapa tips kreatif mengajarkan anak membaca dan menulis:

Bermain restoran.
Orangtua berperan sebagai pembeli, anak berperan sebagai penjual yang bertugas mencatat pesanan. Tingkat kerumitan kata disesuaikan dengan kemampuan membaca anak saat itu. Misal, jika anak baru nyaman menulis 2 suku kata, orangtua bisa memintanya mencatat pesanan dengan kata-kata sederhana, seperti: na-si, su-su, bak-mi, teh, gado-gado.

Jika anak tidak yakin menuliskannya, orangtua bisa membantu dengan memberikan petunjuk melalui vokal yang diperjelas. Contoh, saat menyebut "teh," orangtua memperjelas suara huruf "h."

Seiring perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak, kata-kata yang digunakan bisa semakin dipersulit, kata-kata dengan menggunakan akhiran dan imbuhan. Contoh: ayam goreng, bebek bakar, es krim, rawon, ikan bandeng, kepiting, telur ceplok, bayam bening.

Anak-anak cenderung menikmati cara belajar sambil bermain seperti ini. Kata-kata yang mereka tuliskan menjadi variatif, tidak monoton, dan tidak berbatas. Uniknya, anak-anak sendiri yang akan memimpin tingkat kesulitan permainan ini. Mereka berinisiatif untuk naik level dengan meminta orangtua untuk memberikan pesanan berbeda.

Menulis dari keseharian dan minat anak.
Dibanding menulis kalimat yang sama berulang kali, mengapa tidak meminta anak menuliskan kesehariannya? Seperti tips sebelumnya, cara ini juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan menulis anak.

Misal, anak baru saja memakan mangga. Mintalah anak menulis, "saya makan mangga." Jika anak suka robot, mintalah ia menulis, "saya suka robot karena bentuknya keren." Sesekali ajak ia menuliskan perasaannya, seperti, "saya sedih" atau "saya senang." Orangtua tidak perlu terburu-buru meningkatkan level kesukaran kata-kata yang dituliskan anak. Amati dan ikuti perkembangan anak sehingga ia pun menikmati prosesnya.

Orangtua juga bisa mengajak anak membuat puisi atau cerita sederhana sesuai minat anak. Misal jika anak menyukai boneka. Ajak ia bercerita tentang bonekanya. Contoh:

aku punya boneka
namanya mimi
matanya bulat
bajunya merah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun