Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

X Factor Indonesia dan Runtuhnya Sebuah Kesombongan

16 Mei 2015   04:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Selama ini, terus terang saya sering mencibir keberadaan berbagai acara di TV, terutama yang berbau pop dan seringkali hanya mengeksploitasi selera rendah. Tak peduli itu sinetron, lawak, acara musik, maupun talk show, yang seringkali hanya sekedar untuk hura-hura dan miskin substansi. Makanya, saya bersyukur ada stasiun TV yang dari slogannya sudah cukup menginspirasi, yaitu Kompas TV, yang semoga konsisten dengan pilihan acara yang cukup beda dengan stasiun TV lainnya.

Namun kali ini saya tidak akan berbicara lebih jauh mengenai Kompas TV, tetapi tentang sebuah acara pemilihan bakat bermusik yang cukup berbeda dengan lainnya. Dari judulnya saja tentu sudah tahu apa yang saya maksud, yaitu X Factor Indonesia. Memang acara ini bukan murni ide kreator TV di Indonesia, karena merupakan franchise acara serupa di luar negeri, namun tak dapat dimungkiri adanya hal khusus yang patut dicermati dalam acara ini. Dari namanya, memang sudah secara implisit mengindikasikan adanya akomodasi pada faktor lain, selain yang tampak panca indera, seperti suara, kecantikan, postur tubuh dan sebagainya. Dalam acara ini, faktor lain seperti kekhasan suara, juga menjadi hal yang dipertimbangkan. Makanya, berbeda dengan acara pemilihan bakat bernyanyi lain seperti Indonesian Idol yang mustahil orang-orang tua dan berwajah (maaf) tidak cakep akan terpilih, dalam acara ini, setiap orang yang memiliki suara berkarakter akan memiliki kesempatan untuk tampil dan bertanding.

Hal lain yang patut diacungi jempol dari acara ini adalah materi lagu yang seringkali menyempal dari mainstream. Banyak lagu non pop maupun pop tapi dari jaman antah berantah, yang dibawakan oleh peserta, yang seringkali para juri pun tidak mengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta bukanlah mereka yang memiliki referensi musik terbatas. Maka tak heran, dalam acara ini dapat muncul berbagai jenis lagu, yang bahkan kadang pernah terdengar pun rasanya tidak. Acara ini akhirnya menjadi semacam referensi untuk mendapatkan pengetahuan mengenai berbagai genre lagu, bukan hanya lagu populer terkini, namun juga berbagai jenis lagu lainnya. Apalagi dialog antara peserta dengan juri maupun antar juri sendiri seringkali juga memberi pengayaan mengenai lagu yang dibawakan.

Menonton acara ini Jumat malam kemarin hingga tengah malam membuat saya berpikir ulang tentang arti seni populer dalam acara TV kita. Tidak selamanya ternyata, segala yang tampil di TV merupakan produk-produk instan yang dangkal dan banal. Banyak juga sebenarnya acara hiburan yang cukup dalam dan berideologi. Musik, sebagaimana juga sastra, sebenarnya merupakan ekspresi jiwa yang cukup dalam maknanya. Maka, pencapaian dalam bermusik, apakah itu hanya sebagai sekedar pemanis dan tempelan hiburan semata, atau sebuah ideologi hidup, adalah tergantung dari persepsi dan pilihan hidup para pelakunya. Banyak para pemusik yang memperjuangkan ide-ide melalui musiknya, seperti U2, Beatles dengan para tokohnya seperti Bono dan John Lennon dengan ide-ide perdamaiannya.  Juga beberapa yang saya mungkin tidak tahu secara mendalam, namun hanya mendengar kisah-kisahnya, seperti Joan Baez yang lagunya Donna-donna menginspirasi Soe Hok Gie. Juga aliran jazz yang konon asal-usulnya merupakan pemberontakan para kulit hitam di Amerika terhadap ketidakadilan dan kemapanan. Kemudian di Indonesia kita mengenal Iwan Fals (yang dahulu), Doel Sumbang (yang dahulu), Gombloh (versi awal), dan Leo Kristy, yang menunjukkan bahwa lagu merupakan ekspresi dan sikap hidup. Maka sebenarnya merendahkan ekspresi mereka, para penyanyi yang berideologi sebenarnya tidak pantas, sebagaimana juga para penyair yang mungkin akan merasa berdosa meragukan kesastrawanan Chairil Anwar, maupun para pelakon yang meragukan kehebatan Rendra.

Demikianlah, X Factor Indonesia ternyata mampu membuka mata saya, bahwa masih cukup banyak kedalaman yang dapat diterima dari bernyanyi maupun bermain musik di televisi. Sungguh, X Factor Indonesia telah meruntuhkan kesombongan saya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun