Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merayakan Kesalahan: Bangsa yang Kehilangan Substansi dan Mudah Lupa

7 Maret 2015   13:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:01 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425723302439369178

[caption id="attachment_401320" align="aligncenter" width="544" caption="Contoh meme tentang Haji Lulung. (Jateng.tribunnews.com)"][/caption]

Media sosial kini sedang riuh dengan meme-meme para netizen yang seolah sedang merayakan sebuah kemenangan atas musuh bersama: Abraham Lunggana, atau populer dengan panggilan Haji Lulung. Sedemikian massifnya perayaan itu, sehingga Twitter pun mengganjarnya menjadi trending topic di catatan lini masanya. Luar biasakah? Prestasi tersendirikah? Patutkah kita berbangga dengan seringnya kita memuncaki rekor tweept terbanyak tersebut? Alih-alih berbangga, saya cenderung memandangnya dari sudut pandang yang berbeda.

Saya melihat kecenderungan bangsa ini untuk selalu kehilangan fokus substansi. Ketika masalah yang terjadi adalah APBD yang entah mengapa jadi begitu tidak jelas, seolah itu dokumen baru yang belum pernah ada sebuah contoh yang tersusun dengan baik, seolah DKI adalah provinsi dari antah berantah yang belum pernah menyusun dokumen semacam itu sebelumnya, yang mencuat justru berita tentang seorang gubernur yang menunjuk-nunjuk dengan mata menyala, yang lahap disantap menjadi konsumsi publik justru makian-makian penyebutan nama binatang yang disampaikan oleh entah siapa, namun santer diberitakan oleh anggota partai dakwah, yang diberitakan berulang-ulang dan ditonjolkan justru kesalahan penyebutan nama barang yang mungkin mereka yang menertawakan pun tidak tahu persis barang apa itu dan dimana kesalahannya.

Ini menyedihkan, karena kita tidak pernah benar-benar terfokus pada apa masalah yang sebenarnya terjadi. Dalam kasus APBD DKI Jakarta ini, sebenarnya semua pihak dapat duduk dengan tenang meneliti di mana kesalahannya. Dokumen-dokumen itu pasti jelas tercatat, dapat ditelusuri di mana terjadi penyimpangan, siapa yang melakukan, apa motivasinya, apakah ada kerugian negara, apakah ada kesalahan administratif, apakah ada motif-motif pidana. Banyak aspek yang secara sistematis dapat ditelusuri, kalau memang niat dari para pelaku adalah untuk menunjukkan kebenaran.

Mungkin justru di sini akar masalahnya: tidak semua orang yang berbicara, turut berbicara dan menjadi penggembira memiliki motivasi yang jelas. Ada yang mungkin benar-benar serius mencermati masalah ini dan mencoba mengurai permasalahan, namun yang lebih banyak lagi sepertinya yang bermotivasi sebaliknya. Ada orang-orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran, karena memang mereka yang menyebabkan kesalahan. Ada orang-orang yang mencoba mengaburkan dan mengarahkan kebenaran pada arah yang berbeda, karena mereka mengambil keuntungan dari pengaburan itu, misalnya yang terindikasi sekarang dengan munculnya banyak pengarah isu di media sosial (spin doctors). Ada juga yang sekedar ikut bergembira ria pada euforia yang sangat mudah diciptakan pada era informasi ini. Mereka inilah para pelantang yang dengan mudah menggaet para penggembira lainnya untuk ikut bereuforia dengannya.

Maka, jangan heran ketika sebuah isu dengan mudah dapat menyebar begitu cepat pada negara dengan penduduk terbesar kesekian di dunia ini, dengan sifat-sifat dasarnya yang ramah, namun juga dapat diartikan sebagai 'kepo', suka berbincang, suka bergosip dan menyebarkan berita tidak jelas. Sebuah berita akan menjadi berlipat-lipat kesalahannya, persis ketika kita melakukan kuis pesan berantai itu. Apa yang tertangkap di media sosial sekarang tidak lagi menyebut permasalahan APBD sebagai isu yang seharusnya dibahas, namun meme-meme yang mengarah ke bullying kepada Haji Lulung secara pribadi. Inilah salah satu indikator, bagaimana bangsa ini gampang sekali kehilangan substansi, ketika permasalahan inti yang seharusnya dibahas malahan menjadi masalah yang terabaikan, sekaligus secara bersamaan merayakan hal-hal pinggiran yang tidak perlu.

Sayang memang, karena lama-lama mungkin kita akan menjadi bangsa yang amnesia, karena tak pernah ingat dengan substansi apa yang seharusnya dibahas sampai tuntas. Kita hanya suka bicara, merayakan hal-hal tak perlu dan kemudian melupakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun