Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN di Yogya Bocor??

16 April 2015   10:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin saya menerima message dari group WA kantor yang meneruskan pesan dari anak seorang manajemen kantor yang sedang mengikuti UN dan melaporkan terjadinya kebocoran soal-soal UN SMU. Kalau dahulu kebocoran soal dilakukan secara bisik-bisik dengan menjual soal berupa lembaran kertas, maka saat ini, kebocoran tersebut dapat terjadi secara lebih canggih dan meluas dengan bantuan teknologi informasi. Bagaimana tidak, soal ujian tersebut diunduh di sebuah link penyimpanan awan (cloud), yang memungkinkan siapa saja yang memiliki informasi keberadaannya untuk mendownload dengan gratis. Saya capture-kan link yang dimaksud, sebagaimana tertera dalam pesan WA tersebut:

[caption id="attachment_378613" align="aligncenter" width="300" caption="Pesan di WA"][/caption]

Semula anak tersebut tidak yakin bahwa ini informasi yang benar terjadi dan mengira hoax dan memang tidak berniat untuk membukanya. Namun ketika selesai mengerjakan dan kemudian mencocokkan dengan capture file yang dikirim sebelumnya, dia menyadari bahwa soal-soal tersebut memang sama persis. Dapat dibayangkan bagaimana kecewanya anak itu, juga anak lainnya yang telah mencoba jujur, namun ternyata seakan dipecundangi dengan tidak fair. Untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut, anak itu berinisiatif melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang, sebagaimana dimuat di media lokal Yogya berikut:

[caption id="attachment_378638" align="alignnone" width="603" caption="Berita di koran lokal"]

1429157174600705415
1429157174600705415
[/caption]

Ada beberapa hal yang perlu dicermati dengan kejadian ini:

Pertama, seketat apapun penjagaan yang dilakukan, tetap dapat ditembus oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Yang mengherankan adalah, apa motivasi orang tersebut untuk mengunggah file di media internet sehingga semua orang dapat mengaksesnya. Bukankah tidak ada keuntungan finansial yang diperoleh? Ataukah memang bertujuan untuk mengacaukan sistem yang memang belum tertata rapi ini?

Kedua, perkembangan informasi yang pesat memungkinkan penyalahgunaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga bidang pendidikan. Selain berbagai manfaat, teknologi informasi memiliki dampak negatif dalam aspek sosial dan budaya yang perlu untuk diantisipasi sejak dini. Road map pengembangan TIK yang dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo setahu saya lebih banyak mengedepankan dorongan akses dan konektifitas dari layanan TIK, namun bagaimana dampak negatif yang ditimbulkan belum banyak dipikirkan sejak awal. Hal ini dapat menimbulkan ekses-ekses negatif yang semakin besar, yang saat inipun sudah marak diungkap di media.

Ketiga, salut perlu diberikan kepada siswa yang berani melaporkan kejadian ini, meskipun resiko yang didapatkan sebenarnya cukup besar, baik dari aspek hukum, maupun terlebih lagi sisi sosial dan kemasyarakatan. Di tengah masyarakat yang sakit ini, langkah-langkah baik dapat direspon dengan tindakan negatif, sebagaimana banyak yang dialami oleh siswa, ornag tua maupun guru (ingat dulu ada kelompok yang menamakan diri Air Mata Guru di Medan), yang justru mendapat banyak celaan maupun hujatan.

Di luar itu, sepertinya perlu dipikirkan mengenai arah dari pendidikan kita, yang sepertinya berjalan tanpa tujuan yang jelas. Kebijakan-kebijakan yang cenderung berganti-ganti menunjukkan tidak adanya road map ke mana arah pendidikan kita akan dibawa. Mungkin perlu segera dipikirkan langkah besar yang disepakati oleh seluruh stakeholder terkait dengan pendidikan di Indonesia, sehingga sistem pendidikan kita tidak seperti pakaian yang compang-camping dan penuh dengan tambal sulam. Kasihan siswa didik yang memakai pakaian itu, yang seolah menjadi kelinci percobaan yang tak memiliki kuasa apapun untuk menolak dan kemudian menjadi korban-korban yang tak berkesudahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun