Mohon tunggu...
Cristina Balqis
Cristina Balqis Mohon Tunggu... Freelancer - What doesn't kill you only makes you stronger. Except for zombie bites

IRT yang punya prinsip : What doesn't kill you only makes you stronger. Except for zombie bites

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Sambut Pemilu dengan Kebencian dan Hati yang Susah

4 Maret 2019   11:05 Diperbarui: 4 Maret 2019   11:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik sekali pidato kebangsaaan Komandan Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pada 1 Maret 2019 silam. AHY mengajak rakyat Indonesia untuk mencermati perkembangan sosial politik yang sedang terjadi dewasa ini.

Pemilu 2019 itu sarana untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat. Tujuan untuk memajukan bangsa dan negara, menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. Sayangnya, kalangan-kalangan tertentu terkesan tengah menjadikan Pemilu 2019 sebagai ajang untuk memaksakan keyakinan dan pilihan politiknya. Dampaknya, muncul fanatisme yang berlebihan; yang pada akhirnya, justru kontra-produktif dengan tujuan memajukan bangsa dan negara Indonesia.

Apa yang disampaikan AHY itu tepat benar. Rakyat Indonesia resah dengan kondisi ini. Soalnya, kompetisi politik ini mulai terbawa-bawa hingga ke kehidupan sehari-hari kita. Rakyat Indonesia bukan cuma ribut di medsos, tapi terbawa-bawa sampai mengganggu silaturahmi kita.

Coba bayangkan, pemilu mana di Indonesia yang sampai membuat ada makam yang terpaksa dibongkar dan jenazah dipindahkan cuma gara-gara pemilik tanah pemakaman dan keluarga almarhum berbeda pilihan politik? Belum lagi maraknya hoaks dan ujaran kebencian yang membuat kehidupan kita jadi pusing, bingung dan panas.

Karena itu menjadi sangat tepat apa yang diserukan AHY. Kalau pesta demokrasi seharusnya disambut dengan riang gembira, bukan dengan kebencian dan hati yang susah, karena putusnya silaturahmi akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik. Dan kita sebenarnya sudah pernah merasakan era demokrasi yang penuh keriangan dan kegembiraan ini pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang didukung penuh Partai Demokrat.

Ketika Demokrat berada di pemerintahan, ribuan kompetisi politik berlangsung dengan jujur, adil, dan gembira. Pada era itu kita bersyukur  karena demokrasi semakin matang dan semakin berkualitas. Hampir-hampir gak pernah muncul ketegangan yang keterlaluan antar kelompok pendukung, golongan, apalagi antar identitas (SARA). Perbedaan pilihan politik gak pernah terbawa-bawa sampai ke level pribadi. Kita rindu era itu kembali.

Era SBY memang sudah lewat, sementara kita sudah masuk Pemilu 2019. Tapi bukan berarti kita gak bisa berbuat, justru partisipasi kita pada kompetisi politik kali ini amat penting. Kita, seluruh rakyat Indonesia gak boleh pasif apalagi antipasti. Sudah saatnya kita muncul dan mengajak semua kalangan untuk memperjuangkan pilihan politiknya dengan cara baik, cerdas dan tepat.

Pemungutan suara pada sekitar 40 hari lagi. Masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki gesekan-gesekan ini dengan cara mengubah metode kampanye dari yang sifatnya serang-menyerang dan provokatif menjadi ajang untuk adu gagasan dan tawaran solusi untuk rakyat.

Demokrat sudah membuktikan pencapaiannya di masa lalu. Dan hari ini, Demokrat sudah menjadi leader bagi semua parpol dengan memberikan tawaran solusi atas masalah rakyat hari ini. Sudah selayaknya apa yang dipelopori Demokrat ini juga diikuti oleh partai-partai yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun