Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Kanjuruhan, Momentum untuk Berbenah

2 Oktober 2022   23:26 Diperbarui: 2 Oktober 2022   23:44 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi saat terjadi kerusuhan oleh suporter/Foto.Surya.co.id

Tragedi pilu mencoreng nama baik dunia sepak bola Indonesia. Betapa tidak, 129  nyawa melayang, bahkan mungkin akan lebih. Kejadian naas ini menjadi catatan sejarah pertama dalam dunia sepak bola Indonesia.

Kita semua malu dengan kejadian memilukan ini. Sejatinya sepak bola adalah hiburan. Seharusnya masyarakat Indonesia terhibur dengan cabang olahraga ini.

Harus kita akui, Indonesia belum bisa menjadikan olahraga sepak bola sebagai bagian dari mata pencaharian. Sekelas piala dunia yang melibatkan pemain dari semua negara pun belum pernah menorehkan catatan sejarah kelam seperti yang di alami di negeri ini.

Media asal Amerika Serikat, New York Times turut mengabarkan soal kerusuhan ini dan menuliskan beberapa orang tewas setelah lusinan suporter masuk ke lapangan seusai pertandingan.

"Kekerasan sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan mematikan antara tim-tim besar adalah hal biasa," tulis New York Times.

"Beberapa tim bahkan memiliki klub penggemar dengan apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan," sambung tulisan tersebut. (Sultraantranews.com)

Siapa yang salah?

Kita bertanya siapa yang salah? Tentu kita bisa menuding segelintir orang. Yang pasti kesadaran masyarakat Indonesia dalam dunia sepak bola yang harus dibenahi.

Saya kira semua peraturan sudah ada dalam menyelenggarakan event berskala nasional. Persatuan Sepak Bola Indonesia, ( PSSI) sudah pasti memiliki aturan mainnya yang baku.

Soal stadion, soal pengamanan, soal kewajiban suporter, semua sudah ada mekanisme. Yang harus dibenahi adalah apakah aturan ini sudah diterapkan dengan baik? Sudah dijalankan? Apakaha semua patuh pada aturan yang berlaku?

Sekelas dunia hal-hal kecil justru mendapat perhatian serius. Comtoh, tidak diperbolehkan  suporter membawa botol air, kecuali bahan bakunya adalah kertas. Ini hal sederhana tetapi berimbas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun