Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Merdeka Belajar, Ideal tapi Belum Maksimal Diterapkan

3 Mei 2021   20:29 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:14 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto.dok.pribadi/pendampingan untuk anak--anak di Rumah Cerdas TBM Oan Tasi Atapupu Belu NTT

Salah satu program andalan Kemendikbud-Ristek adalah program Merdeka Belajar. Konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim, tujuannya  baik, agar peserta didik bahagia dalam menempuh pendidikan.

Para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu. Sumber ilmu bukan sebatas pada ruang kelas, guru, tetapi bisa di luar kelas, di media online atau internet, perpustakaan, dan juga di lingkungan sekitar. Guru tidak lagi menjadi sumber utama.

Dalam konteks ini, maka dibutuhkan kejelian guru untuk menterjemahkan konsep Merdeka Belajar. Guru harus kreatif agar siswa bisa dibimbing dan diarahkan sesuai konsep merdeka belajar.

Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum, tetapi siswa dan guru harus kreatif, untuk menggapai pengetahuan. Siswa benar--benar dilatih untuk mandiri.

Menurut Nadiem Makarim konsep "Merdeka Belajar" paling tepat digunakan sebagai filosofi perubahan dari metode pembelajaran yang terjadi selama ini. Sebab dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran. (Kompas.com).

Salah satu alasan, banyak sekolah (di daerah) masih melakukan ujian manual, karena anak--anak belum terbiasa dengan komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, pertama karena  minimnya sarana prasarana, kedua Sumber Daya Manusia yang belum maksimal.

Konsep Ideal yang Penerapannya Belum Maksimal

Penerapan Merdeka Belajar, bukan tanpa hambatan. Ada beberapa kendala yang dihadapi di daerah.

1. Merdeka Belajar belum maksimal diterapkan karena masalah Sumber Daya Manusia, (SDM). Program Merdeka Belajar menuntut kreativitas guru. Kenyataannya guru--guru di pedalaman masih minim kreativitas.

foto.dok.pribadi/Progaram Merdeka Belajar yang diterapkan oleh TBM Rumah Cerdas Oan Tasi Atapupu/Belu/NTT
foto.dok.pribadi/Progaram Merdeka Belajar yang diterapkan oleh TBM Rumah Cerdas Oan Tasi Atapupu/Belu/NTT
Bila pendidik tidak kreatif untuk membimbing siswa maka, penerapan Merdeka Belajar memang ideal untuk zaman sekarang, tapi kenyataannya menjadi sulit untuk diterapkan.

2. Mentalitas siswa dan guru. Persoalan yang dihadapi sekarang masalah mental anak. Masih banyak siswa dan guru yang harap gampang, minimnya keinginan untuk berjuang. Pengalaman di daerah menunjukkan demikian.

Masih banyak tokoh kunci seperti guru atau murid yang harap gampang. Belum lagi akses informasi yang terbatas, semakin menambah buram potret pendidikan di tanah air.

Saya percaya bila kedua point ini, bisa diatasi maka, konsep Merdeka Belajar yang dicetus oleh Nadiem Makarim, akan merubah wajah pendidikan di negara kita. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021.

Kefamenanu, 03.05.2021

Sumber: wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun