Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mencibir Komentator Bola, Mungkin Bagian dari Ungkapan Rasa Simpati

15 April 2021   14:52 Diperbarui: 15 April 2021   14:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar.intagram.com/@radotvalent/Valentino Simanjuntak sang komentator bola

Dalam dunia pertandingan sepak bola, yang menjadi focus utama adalah kesebelasan tim dan bukan yang lain. Kalah menang tergantung pada performa tim dan bukan yang lain, seperti suporter ataupun komentator bola.

Tanpa komentator ataupun penonton pun pertandingan bisa berjalan dan sah. Masih ingat kah beberapa club sepak bola harus bermain tanpa kehadiran penonton karena ulah suporter? Wong, pertandingan tetap berjalan dan sah--sah saja.

Jadi bagi saya, terlalu berlebihan warganet mencibir gaya Valentino Simanjuntak, sang komentator sepak bola, yang katanya gaya komentarnya terlalu lebay dan hiperbola.


Biasa--biasa dan sah-sah saja. Justru komentar yang khas, bisa menambah semaraknya sebuah pertandingan. Orang mau berkomentar atau tidak pun, tetap hasil akhir ada yang kalah dan ada yang menang.

Justru yang terlalu lebay adalah warganet, mencibir hal yang sebenarnya aksidental. Tidak perlulah saling mencibir, selama sang komentator bola tidak menyinggung pribadi atau grup tertentu.

Waktu saya masih di bangku kuliah, hal yang paling sulit adalah menerima kekalahan tim. Ketika tim kesayangan kalah, psti semua disalahkan dan tidak ada baiknya. Saya bisa salahkan wasit, salahkan tim, salahkan suporter, pokoknya tidak ada yang baik di mata saya.

Bisa jadi cibiran warganet sebagai bentuk ketidak puasan dengan hasil yang diperoleh. Komentator bola yang sifatnya tambhan pun jadi sasaran. Jadi cibiran yang dialamatkan kepada pria yang sering di sapa bung Valent, bisa jadi merupakan akumulasi dari rasa kecewa dan ketidak puasan terhadap hasil yang diperoleh.

Pertandingan bola juga merupakan satu hiburan, dan bukan sekedar olahraga. Biasanya hiburan itu, membuat kita kembali bergairah, bukan sebaliknya setelah menonton hiburan kita justru tertekan. Waraskah kita?

Atau supaya dinilai positif, maka cibiran yang dialamatkan kepada komentator bola, sebenarnya merupakan bentuk lain dari rasa terpanahnya suporter. Jadi cibiran warganet merupakan bentuk lain dari rasa simpati mereka padanya. Hehehehe....

Atambua.15.04.2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun