Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY "Turun Gunung", Moeldoko Naik Pamor

27 Februari 2021   11:58 Diperbarui: 27 Februari 2021   12:23 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar.kumparan.com/SBY dan AHY, Saat pelantikan AHY menjadi ketua umum Partai Demokrat

Kisruh di tubuh internal Partai Demokrat makin panas. Hampir semua petinggi parpol turut berkomentar. Salah satunya adalah politikus PDIP, Hendrawan Supratikno,

"Spirit mengedepankan etika demokrasi dan etika keadilan (justice as fairness) dari apa yang dikemukakan Pak SBY harus kita hargai. Jangan sampai keadaban demokrasi dan 'sense of justice' kita ditumpulkan dalam kontestasi politik atau perburuan kekuasaan," kata Hendrawan kepada wartawan, Kamis (25/2/2021).

Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono harus akhirnya "turun gunung" memberikan suaranya menyangkut dugaan adanya rencana kudeta, danKonfrensi Luar Biasa, (KLB) di tubuh Partai Demokrat.

Yang membuat makin menarik adalah SBY menyebut terang-terangan nama orang dalam lingkaran kekuasaan yaknni Moeldoko, 'ikut bermain' dalam dugaan perebutan paksa pimpinan Partai Demokrat. SBY menuding keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam gerakan kudetaPartai Demokrattidak atas sepengetahuan Presiden Joko Widodo.

"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi. Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," kata SBY. (Kompas, 25.Februari 2021).

Mendalami penjelasan SBY saya jadi senyum-senyum sendiri. SBY begitu panik soal kisruh di tubuh partai yang berlambangkan bintang. Bila orang sekelas SBY harus angkat bicara, maka saya yakin ini bukan persoalan remeh temeh. Ada hal serius yang harus disikapi.

Kita semua tahu bahwa elektabilitas partai Demokrat kian merosot. Bila tidak disikapi segera maka jangan heran pemilihan berikut akan bernasib sama seperti partai Hanura, tidak memenuhi syarat, jumlah suara tidak memenuhi ambang batas. Bila demikian maka Demokrat lambat laun akan tergusur dan hanya akan tinggal nama.

Saya yakin dengan mencatutkan nama Moeldoko dalam penjelasan SBY, sudah pasti makin membut nama Moeldoko meroket. Pamor Kepala Staf Kepresidenan, (KSP) makin naik. Terlepas dari benar tidak tudingan Partai Demokrat kepada Moeldoko, tapi yang jelas ia semakin dikenal dan pamornya makin naik. Bila benar bahwa Moeldoko berniat maju dalam pilpres 2024, maka untuk persoalan ini, ia mendapatkan kredit poin tersendiri baginya.

Sejatinya para petinggi Demokrat harus sadar bahwa menurunnya perolehan suara untuk Demokrat sesungguhnya adalah bagian dari sikap petinggi parpol yang terkesan plin-plan, terlalu ragu-ragu, dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, sikap Dekokrat dalam pilpres 2024, membuat para pendukung kecewa. Tidak jelas menyatakan dukungan ke salah satu paket. Tidak merapat ke Jokowi-Maruf, juga tidak ke Prabowo-Sandi. Hal ini membuat banyak kader partai memilih sendiri, akibatnya ada yang mendukung Jokowi, tetapi ada juga yang mendukung Prabowo.

Sikap seperti ini, jelas membingungkan simpatisan partai. Inilah yang membuat segelintir petinggi partai berinisiatif hendak menyelamatkan partai, termasuk sikap mereka katanya, mendekati Moeldoko yang dianggap memiliki imtegritas, mengembalikan partai pada masa kejayaannya.

Menurut saya, yang harus dilakukan adalah memperbaiki persoalan di internal partai. Agus Harimurti Yudhoyono, (AHY), harus mengunpulkan semua fungsionaris partai, baik tingkat daerah maupun pusat untuk menegaskan komitmen dan loyalitas mereka terhadap pimpinan yang sah, bukan mengutamakan konfrensi pers, dan menuding pihak lain, apa lagi pihak di luar partai, sebagai ancaman.

Bila semua pengurus mulai dari kecamatan hingga pusat, bulat mendukung kepemimpinan AHY maka, isu kudeta dan perebutan paksa ketua umum, tidak akan mungkin terjadi.

Belajarlah dari kata-kata Soekarno, bahwa musuh berbahaya adalah musuh dari dalam, bukan dari luar. Musuh dari luar mudah dikalahkan tetapi sulit ketika harus berhadapan dengan 'musuh dalam selimut.'

Justru dengan adanya pernyataan terang-terangan dari AHY, juga SBY, makin membuat mereka yang dicurigai semakin berani untuk bersuara, seperti kata Marzuki Alie;

"Jadi, pemimpin itu harusnya wise. Apalagi terhadap internal. Menyebut nama internal di depan publik, itu kan sudah menunjukkan ketidak wise. Kalau ada masalah ya selesaikan di internal, tidak usah di bawa ke muka publik," kata Marzuki dalam Acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne yang dikutip VIVA, Rabu, 3 Februari 2021.

Cobalah untuk mengambil langkah yang pas yakni, konsolidasi di internal partai, baik di daerah maupun di tingkat pusat. Biarkan mereka memberikan tanggapan dan masukan tentang langkah yang harus diambil, bukan menuduh segelintir orang dan pihal luar, apa lagi mencatut nama Presiden Jokowi.

Saya yakin bila yang terjadi adalah saling menuding, yang menimbulkan tanggapan pro-kontra maka, kita pasti bertanya siapa yang diuntungkan? yang jelas Moeldoko. Ia makin dikenal luas, pamornya makin naik, meski SBY turun gunung dan mempertahankan eksistensi dan kehormatan partai berlambang bintang tersebut.

Atambua, 27.02.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun