Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Menko, Alasan PSBB Total Bukan Hanya Urusan Ruangan dan Ranjang

11 September 2020   10:45 Diperbarui: 11 September 2020   10:48 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyampaian Perkembangan Penanganan COVID (sumber : Kanal YouTube BNPB Indonesia)

Solusi yang ditawarkan adalah memindahkan pasien yang hampir sembuh ke Wisma Atlet. Relaksasi rumah sakit dengan cara relokasi pasien diharapkan dapat membuat jumlah ruangan kembali tersedia. Lebih jauh lagi bahkan direncanakan untuk menambah ranjang dan ruang isolasi lain dengan memanfaatkan hotel bintang 2 dan 3. 

Pertanyaannya, siapa yang akan menjadi petugas kesehatan di sana? Kalau hanya urusan bangungan dan fasilitas, Pulau Galang harusnya sudah siap menampung semua pasien itu. 

Pemerintah pusat seakan menutup mata dengan kondisi tenaga kesehatan kita yang sudah hampir kolaps. Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal sudah mencapai ratusan, belum lagi yang dinyatakan postif COVID sehingga harus menjalani isolasi. 

Kekurangan satu tenaga kesehatan terampil saja tentu sudah cukup membuat timpang satu kelompok kerja (shift), apalagi dalam jumlah banyak. Pemerintah pusat perlu membuka mata dan telinga serta membaca data dari daerah, berapa banyak puskesmas yang terpaksa tutup sementara waktu karena nakes positif, tidak usah jauh-jauh ke daerah, coba cek di Jakarta dulu saja.

Data-data yang diberikan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan cukup sebagai alasan kenapa "tuas rem" PSBB transisi harus ditarik. Tidak usah membahas kebijakan-kebijakan kontroversial yang sebelumnya, mari kita apresiasi keberanian beliau mengambil keputusan yang jauh dari populer ini demi mencegah kolapsnya sistem kesehatan di Jakarta. 

Menambahkan ruangan dan ranjang perawatan tidak akan langsung memberikan dampak signifikan. Mari juga berhitung berapa banyak tenaga yang harus dikerahkan jika seluruh fasilitas kesehatan kita penuh. Hanya sekedar merekrut orang baru tidak akan menjawab masalah ini. Pasien Covid berhak mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan yang terampil dan berpengalaman. 

Jika para menteri meragukan data yang disuguhkan, baiknya mereka juga melawan dengan data, bukan hanya dengan pernyataan dan janji bahwa infrastruktur yang dibutuhkan segera disiapkan.

PSBB ini pasti akan memberatkan banyak pihak, namun marilah kita melihat dari sudut pandang lain. Anggaplah PSBB ini sebagai jalan untuk membeli waktu untuk berfikir strategi apa yang harus dilakukan. 

Bagaimana pemerintah pusat dan daerah bisa menarik napas sejenak dan melihat kembali kebijakan-kebijakannya dan berkolaborasi untuk menekan penyebaran virus lebih jauh lagi. Dengan PSBB ini kita kembali diingatkan untuk kembali disiplin menjalankan protokol kesehatan. 

PSBB ini juga memberikan sedikit kesempatan bagi tenaga kesehatan yang aktif bekerja selama 6 bulan ini untuk sedikit menarik napas dan kembali mengumpulkan energi mereka karena kita masih belum tahu sampai kapan mereka harus berjuang mempertahankan nyawa pasien. 

Dibandingkan menyatakan PSBB ini tidak efektif, hanya merusak ekonomi, bagaimana jika mereka duduk bersama saling bertukar pikiran supaya PSBB ini menjadi PSBB yang terakhir dan efektif serta dapat menjadi contoh bagi wilayah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun