Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Razia Skincare di Sekolah, Yay or Nay?

13 Agustus 2019   22:07 Diperbarui: 14 Agustus 2019   03:40 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peralatan mekap. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

"Hubungannya barang-barang tersebut pada prestasi akademik sebesar apa? Bukankah kerapian dan kebersihan merupakan sesuatu hal yang wajib di sekolah?"

Baru-baru ini saya melihat sebuah kicauan di Twitter mengenai razia skincare di sebuah sekolah. Banyak netizen yang heran dengan barang-barang yang dirazia, tidak sedikit juga yang merasa bahwa skincare itu memang tidak sepatutnya dibawa ke sekolah.

Razia-raziaan ini membuat saya teringat masa saat masih SMA. Razia cukup sering dilakukan oleh OSIS tentunya dengan sepengetahuan guru. Barang-barang yang dirazia? Banyak sekali macamnya mulai dari majalah, novel, tidak jarang skincare juga, dan rokok. Kenapa masa itu skincare dirazia? Sepuluh tahun yang lalu, beauty guru belum sebanyak sekarang. 

Selain itu informasi mengenai kesehatan kulit juga belum banyak diketahui oleh masyarakat. Untuk daerah saya sendiri ada pemeo yang kira-kira berbunyi bahwa perempuan yang cantik (menarik) dan suka dandan itu berotak kosong. Kekhawatiran dianggap bodoh di sekolah saya dulu lebih besar daripada dianggap jelek dan tidak akan punya pacar selama SMA. 

Jadi boro-boro mikirin skincare, mereka sibuk bimbingan supaya bisa masuk universitas negeri, terutama di Pulau Jawa.  Tetapi tetap selalu ada yang kena razia juga sih.

Sebenarnya skincare itu sendiri apa sih? Cambrige dictionary mendefinisikan skincare itu sebagai sesuatu yang dilakukan dan digunakan untuk menjaga kulit tetap sehat dan menarik ( kata yang digunakan adalah attractive). Kulit yang sehat tentu akan menarik. Jadi menarik bukan berarti karena ada riasan tambahan saja, sehat adalah yang utama. 

Berdasarkan pengamatan saya terhadap foto yang menjadi viral tersebut, dan yang memicu kemarahan netizen, kebanyakan barang yang dirazia adalah produk-produk perawatan kulit dan sisir. 

Bukan make-up atau produk yang dari line dekoratif. Menurut saya pribadi sih, tidak ada yang salah dengan barang-barang yang dianggap golongan terlarang itu. Apa salahnya sih membawa sisir ke sekolah? Atau membawa parfume atau deodoran. Hubungannya barang-barang tersebut pada prestasi akademik sebesar apa? Bukankah kerapian dan kebersihan merupakan sesuatu hal yang wajib di sekolah?

Jika produk yang disita berupa eyeshadow, foundation, highlighter, mascara, atau eyeliner sih masih masuk akal. Tetapi sisir? Emangnya enak apa belajar rambut lengket atau awut-awutan. Atau parfum? Kayaknya sih ga ada orang yang ga seneng dengan orang yang wangi. 

Masa iya sih, milih masuk kelas yang muridnya bau matahari semua, apalagi habis kelas olahraga. Wuih, pengalaman banget tuh saya, masuk kelas sehabis olahraga lari. Aromanya mantap jiwa.

Bertahun-tahun berlalu, saya semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan termasuk kulit. Kulit kering dan busik akan membuat kulit saya gampang teriritasi dan tergores yang memudahkan terjadinya infeksi. 

Wajah berjerawat tentunya juga tidak nyaman, baik bagi yang melihat juga bagi saya yang harus berhati-hati supaya tidak menyenggol jerawat supaya tidak sampai pecah (sakit jendral!). 

Selain itu tidak ada korelasi antara rajin skincarean dengan nilai di sekolah. Kecuali selama guru menerangkan dia sibuk oles-oles lotion dan pelembab sepanjang hari. Kan, ga mungkin juga. Jadi saya termasuk yang kontra dengan aksi razia skincare.

Bagaimana jika ada argumen yang menyatakan bahwa tidak semua mampu membeli barang-barang tersebut dan memicu kesenjangan. Menurut saya sih, untuk ini tinggal ada dialog antara murid dan gurunya. 

Skincare yang beredar di pasaran kan relatif terjangkau. Ya, mereka jangan boleh bawa SK II juga kali. Tetapkan jenis apa aja yang mereka boleh bawa, range harga juga bisa didiskusikan dan kapan mereka boleh menggunakan. Jangan boleh juga mereka menerapkan sepuluh langkah skincare a la korea pas jam pelajaran. 

Anak sekarang sangat terbuka jika diajak berdialog. Saat alasan yang disampaikan logis. Nah, kalau ada yang melanggar dari kesepakatan bersama, barulah penyitaan barang masuk akan dilakukan. Jadi bukan seperti masa saya sekolah dulu. Disita biar ga jadi bodoh.

Trus ngomong-ngomong itu barang sitaan mau dikemanakan ya? Kalau dibalikin lagi, pada ingat ga ya punyanya yang mana? Atau mau di preloved?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun