Dengan celana yang kepanjangan dan sepatu yang kebesaran kau membersihkan meja,
namun berat badan dan semangat kerjamu sama-sama empat puluh lima.
Matamu beredar ke seluruh ruangan,
memeriksa apabila ada yang membutuhkan sebuah pinggan.
Orang bilang mimpi adalah rencana yang belum terlaksana,
tapi bagimu mimpi hanyalah pemanis tidur belaka.
Setiap hari kau mengangguk angguk membenarkan kata-katanya,
karena perintah atasanmu adalah sebuah sabda.
Baginya hari ini agak berbeda, karena pemilik rumah makan sudah tiba.
Untuknya, kesempatan naik jabatan ada di depan mata.
Tetapi bagimu sama saja.
Hari ini gajimu tetap lima puluh ribu juga.
Yang berbeda adalah gelar sarjananya, Â
sebaliknya kau hanya tamat SMA.
Sang pemilik menepuk bahumu yang hanya berisi kerangka.
"Bekerja keraslah. Tidak ada yang tidak mungkin," katanya.
Kau mengangguk-angguk lagi, berusaha untuk percaya.
Meski kau tahu, nanti kau akan pulang menemui ibumu yang sedang dilanda lara.
Meski kau tahu, angan angan dan kesempatan adalah dua hal yang berbeda.
Meski kau tahu, esok kau akan mengulangi hari yang sama, harapan yang sama, hanya tanggal yang berbeda.Â