Separuhku, kau adalah musimku.
Di matamu aku bisa melihat bulan yang menari.
Di dalam pelukanmu terdapat musim semi yang bernyanyi.
Separuhku, kau adalah periode, tahun dan waktuku.
Di kecupmu kutemukan sungai yang mendamba rindu.
Melalui tatapanmu kau mempersunting masa depanku.
Separuhku, kita merupakan asal muasal dari satu sama lainnya.
Aku dan kamu lahir, dan berasal dari satu luka yang sama.
Dari satu ketetapan hati, kita menjadi satu, saling mengobati cedera.
Terkadang, ketika kau terlelap, aku memicingkan mataku.
Menghujat puluhan kesilapan yang bermukim didepanku.
Setiap malam, ketika kau terlelap, aku memandangimu.
Mensyukuri ribuan kemujuran yang tinggal bersamaku.
Kupinang maaf untuk hatimu yang aku sering lukai.
Terkadang murka dan ego ku lebih menyeringai.
Namun di antara semua perbantahan kita,
di antara hari-hari bengal penuh dengan perselisihan,
hati kita yang tak pernah berpisah akan saling menyapa merdu.
Karena kaulah awal dan akhirku,
separuhku dan penggalan takdirku.