Mohon tunggu...
Cornelia MariaRadita
Cornelia MariaRadita Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Mahasiswa

Selamat Membaca! :)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tika, Wanita Pertama di Indonesia yang Berhasil Mengumandangkan Indahnya Suara Tuba

14 Maret 2021   19:19 Diperbarui: 14 Maret 2021   19:30 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Tika bersama instrumen Tuba kesayangannya. Sumber: Dokumentasi Pribadi Atika S. Laksmi

Keputusannya untuk mantab berpindah instrumen dari vokal menuju tuba melewati berbagai perjuangan. Harus menerima omelan guru, mengeluarkan biaya yang cukup banyak, harus membiasakan diri mengangkat instrumen seberat 15-20 kilogram, dan banyak mempelajari instrumen Tuba sendiri. Ketika mempelajari Tuba, Tika banyak berlatih secara otodidak, mengingat tidak ada guru yang mempunyai mayor Tuba di SMM.

"Soalnya tu, gak ada guru yang dari tuba beneran, adanya mayor trombon tapi bisa mainin tuba. Jadi aku dikasih bahan doang terus aku pelajari sendiri," ujar Tika.

Usaha Tika untuk dapat memainkan Tuba dan mengeluarkan warna suara yang indah tidaklah mudah. Dengan penuh keberanian, ia mendekati senior-senior instrumen Tuba untuk mengajarinya bermain tuba, bahkan dengan telaten ia menelusuri internet, mencatat nama-nama pemain Tuba di berbagai negara, dan menambahkan Tubist tersebut sebagai teman di Facebook. Dengan rendah hati Tika bertanya kepada kawan Facebooknya yang berasal dari berbagai negara itu mengenai cara bermain bermain Tuba yang baik, serta saling berbagi pengalaman.

Usaha tidak mengkhianati hasil, semakin lama Tika mulai bisa memainkan Tuba dengan lancar. Tika begitu giat berlatih Tuba secara mandiri. Namun layaknya remaja pada umumnya, Tika juga pernah melewati masa kenakalan remaja. "Tapi dulu aku tu nakal banget, Dek. Suka bolos praktek, sampe pas ketemu Pak Harun aku dimarahin suruh pindah vokal lagi," ungkapnya sambil tertawa.

Tiba di tahun terakhir di SMM, di mana Ujian Kompetensi sudah di depan mata, Tika semakin giat berlatih. Ambisi untuk menunjukkan bahwa, perempuan pun bisa memainkan tuba yang berukuran besar dengan baik melekat pada benaknya. Lagi-lagi, usaha kerasnya membuahkan hasil yang sangat menakjubkan. Tika berhasil memperoleh nilai yang sangat mendekati sempurna yaitu 98, dan ia menjadi salah satu siswa dengan pencapaian tertinggi. Pencapaian tersebut membawanya lolos pada Uji Kemitraan yang akan diuji oleh musisi senior Indonesia, Purwacaraka.

Gambar 2. Tika dan musisi senior Purwacaraka. Sumber: Dokumentasi Pribadi Atika S. Laksmi
Gambar 2. Tika dan musisi senior Purwacaraka. Sumber: Dokumentasi Pribadi Atika S. Laksmi

Selepas dari SMM, Tika mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Namun, atas berbagai pertimbangan, terutama karena penggunaan bahasa Inggris yang belum lancar, membuat Tika memilih untuk melanjutkan studi di Indonesia dahulu tepatnya di Institut Seni Indonesia (ISI). Di sanalah, pengalaman dan prestasinya sebagai pemain Tuba membeludak.

Tahun pertama menjadi mahasiswa ISI sudah membawa Tika ke dalam pengalaman bergabung dengan salah satu orkestra profesional di Indonesia, Jakarta Simphony Orchestra (JSO). Tak langsung dilancarkan, Tika sempat terkena omel kondakter yang berasal dari Amerika karena rasa tidak percaya diri yang membuat permainan Tuba nya yang kurang lancar pada saat itu. Namun, hal itu tak kunjung membuat mentalnya terjatuh, Tika terus menambah usaha ketika berlatih.

Berangkat dari JSO, Tika mulai menerima tawaran mengisi instrumen Tuba dalam beberapa kelompok orkestra. Tak main-main, Tika mendapat kehormatan menjadi principal (pemain utama dalam kelompok alat musik) Tuba dalam konser-konser tersebut. Konser besar yang pernah ia ikuti antara lain Jakarta Symphony Orchestra, Jakarta City Philharmonic, Bandung Philharmonic Orchestra, Ananda Sukarlan Orchestra, Magenta Orchestra, Medical Chamber Orchestra, Orkes Mahasiswa ISI Yogyakarta, Surya Vista Orchestra, Caprice Music Orchestra, Orchestra OSBS Bandung, Student Symphonic Band Yogyakarta, Himasik Wind Orchestra, Orkestra Gita Bahana Nusantara, Tokyo Opera, . Bahkan hingga saat ini ia terus aktif dalam Gunsch Brass Quintet, yang merupakan kelompok anak muda pemain alat musik tiup logam.

Dari seluruh orkestra yang pernah Tika ikuti, ia mengaku bahwa Gita Bahana Nusantara adalah pengalaman konser yang paling berkesan selama 24 tahun hidupnya ini. Menjadi bagian dalam orkestra Gita Bahana Nusantara adalah hal yang rumit, Tika harus melawan banyaknya pemain tuba di satu provinsi sebelum akhirnya lolos dan diberangkatkan ke Istana Negara. Bahkan, Tika pernah mengalami kegagalan saat mengikuti seleksi pertamanya di tahun 2014.

"Waktu itu, pesaingnya senior-seniorku yang emang udah jago-jago banget," katanya sembari memegang jidat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun